Pemerintah Jangan Buru-buru Kembangkan Mobil Listrik

Jakarta | Jurnal Asia

Pemerintah berencana memulai kembali program pengembangan mobil listrik. Baru-baru ini digelar Focus Group Disucssion (FGD) untuk meminta masukan dari berbagai pihak terkait pengembangan industri mobil listrik di dalam negeri.

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyambut baik rencana tersebut. Tetapi pengembangan mobil listrik tak mudah, tantangan utamanya ada dua, yaitu teknologi, kemudian sarana dan prasarana.
“Kalau pemerintah mau kembangkan mobil listrik kita sambut baik. Tapi harus dipikirkan teknologi dan sarana prasarananya supaya berhasil. Sepanjang itu ada pasti sukses,” kata Ketua I Gaikindo, Jongkie Sugiarto di Jakarta, akhir pekan kemarin.

Dia menjelaskan, di seluruh dunia sampai saat ini belum ada yang memproduksi mobil listrik secara massal karena belum adanya baterai yang cukup efisien untuk mobil listrik. “Sekarang di dunia, perusahaan mana yang sudah mengembangkan mobil listrik secara massal? Baterainya belum ada yang ringan, sehingga tidak efisien,” ucapnya.
Baterai mobil listrik yang tahan untuk lebih dari 100 km berukuran sangat besar sehingga membuat kapasitas mobil menjadi kecil. “Sedangkan kalau baterainya kecil dan ringan kapasitas mobil jadi besar, penumpangnya bisa banyak, tapi nggak praktis karena tiap jalan 100 km harus di-charge,” papar Jongkie.

Ketersediaan sarana dan prasarana untuk mobil listrik juga tak kalah penting. Di Indonesia masih sangat minim stasiun pengisian (charging station) untuk mobil listrik. Bila serius mau mengembangkan mobil listrik, tentu pemerintah harus menyediakan sarana dan prasarana pendukungnya. “Kalau charging station saja susah, nanti siapa yang mau beli mobil listrik? Di parkiran, di jalan, harus ada,” tandasnya.

Gaikindo juga menyatakan pengembangan mobil listrik tak perlu buru-buru, Indonesia tak akan ketinggalan. Jongkie berpendapat Indonesia tak perlu khawatir bakal menjadi pasar saja ketika mobil listrik sudah bisa diproduksi massal.
Berkaca pada mobil kon­ven­sional yang menggunakan bensin, kata Jongkie, nyatanya Indonesia pun tak ketinggalan meski baru membangun industrinya belakangan dibanding negara lain. “Contoh mobil yang pakai bensin, kita tidak ketinggalan kok sekarang, kita sudah manufaktur,” kata Jongkie.

Lagipula, dia menambahkan, nyatanya sampai saat ini belum ada satu pun negara yang bisa memproduksi massal mobil listrik. Sebab, belum ada baterai yang cukup ringan dan efisien untuk mobil listrik. “Sekarang di dunia, perusahaan mana yang sudah mengembangkan mobil listrik secara massal? Baterainya belum ada yang ringan, sehingga tidak efisien,” ucapnya.

Karena itu, pihaknya meminta pemerintah menyiapkan segala sesuatunya dengan sabar, matang, dan terencana dengan baik. “Kalau pemerintah mau kembangkan mobil listrik kita sambut baik. Tapi harus di­pikirkan teknologi dan sarana pra­sarananya supaya berhasil. Se­panjang itu ada pasti sukses,” pung­kasnya.

Sebagai informasi, pemerintah beren­cana memulai program pengem­bangan mobil listrik dengan cara berbeda. Proyek mobil listrik tidak akan dikerjakan oleh pemerintah, dananya tidak be­rasal dari APBN.Pemerintah hanya akan menyiapkan insentif-insentif saja, pengembangan mobil listrik akan diserahkan kepada pihak swasta yang berminat. “Kami akan mencoba dengan cara yang agak berbeda. Jadi bukan program pemerintah yang akan kami dorong, tetapi inisiatif swasta yang akan kita dorong di depan,” kata Dirjen Industri Logal, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (Ilmate) Kemenperin, I Gusti Putu Suryawirawan, pekan lalu. (dc)

Close Ads X
Close Ads X