Pemerintah Diminta Tak Turunkan Harga Solar

Jakarta | Jurnal Asia
PT Pertamina (Persero) meminta agar Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk tidak menurunkan harga solar yang saat ini Rp 6.400. Pasalnya, jika diturunkan, Pertamina mengaku akan mengalami kerugian besar.

Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang mengatakan saat ini harga produk di pasar Singapura sesuai indeks Platts (MOPS) sudah meningkat menjadi 57 dollar AS per barel dan nilai tukar rupiah melemah di level Rp 12.800 per dollar AS.

Dengan menjual solar dengan harga saat ini pun yang Rp 6.400 per liter, kata Bambang, Pertamina masih mengalami kerugian sebesar Rp 351 per liter. Kerugian tersebut disebabkan karena solar banyak memakai kilang dalam negeri sehingga biaya inventory lebih besar.

“Mulai dari pembelian crude, inventory crude, proses kilang hingga inventory produk. Crude dari Afrika sampai di Indonesia paling tidak 15 hari, pengadaan bulan sebelumnya, dengan demikian bebannya lebih lama dan lebih besar daripada Premium,” ujarnya, Jumat (13/2).a

Dari data Pertamina, selama enam tahun berturut-turut, Pertamina mengalami kerugian dari penjualan BBM subsidi. Dimana kerugian 2009 sebesar Rp 4,5 triliun, 2010 Rp 3,34 triliun, 2011 Rp 970 miliar, 2012 Rp 840 miliar, 2013 Rp 350 miliar dan 2014 kembali meningkat menjadi Rp 3,92 triliun.“Pertamina sudah enam tahun selalu rugi, masa sekarang harus rugi lagi. Kalau mau Pertamina maju ya jangan dibuat rugi,” cetusnya.

Jika pemerintah tetap menurunkan harga solar dan Pertamina terus mengalami kerugian dia khawatir akan mengganggu rencana bisnis Pertamina. Dimana saat ini Pertamina membutuhkan dana besar untuk investasi, khususnya investasi di sektor hulu.

Untuk mengambil alih Blok Mahakam saja, kata dia, Pertamina butuh dana sekitar US$ 2 miliar. “Harusnya ada untung sehingga bisa investasi membangun kedaulatan dan ketahanan energi nasional,” tandasnya. (Kcm)

Close Ads X
Close Ads X