Pasokan Pulih November s/d Desember | Harga CPO Diprediksi Merosot

Pekerja memuat tandan buah segar (TBS) kelapa sawit hasil panen di Tangkit Baru, Sungai Gelam, Muaro Jambi, Jambi, Senin (19/9). Pemerintah Indonesia dan Malaysia telah menginisiasi kerja sama bidang ekonomi melalui pembentukan lembaga persatuan negara penghasil minyak kelapa sawit atau Council Palm Oil Producing Countries (CPOCP) untuk mendorong pengembangan industri olahan kelapa sawit di bagian hilir sebagai upaya peningkatan nilai tambah produk, di antaranya menjadi biodiesel dan oleokimia. ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan/foc/16.
Pekerja memuat tandan buah segar (TBS) kelapa sawit hasil panen di Tangkit Baru, Sungai Gelam, Muaro Jambi, Jambi, Senin (19/9). Pemerintah Indonesia dan Malaysia telah menginisiasi kerja sama bidang ekonomi melalui pembentukan lembaga persatuan negara penghasil minyak kelapa sawit atau Council Palm Oil Producing Countries (CPOCP) untuk mendorong pengembangan industri olahan kelapa sawit di bagian hilir sebagai upaya peningkatan nilai tambah produk, di antaranya menjadi biodiesel dan oleokimia. ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan/foc/16.

Jakarta – Pulihnya produksi berkat dukungan cuaca membuat harga CPO pada November s/d Desember 2016 dapat tertekan menuju kisaran 2.400–2.500 ringgit per ton. Pada penutupan perdagangan bursa Malaysia, Jumat (14/10), harga CPO untuk kontrak teraktif Desember 2016 meningkat 47 poin menuju 2.665 ringgit (US$632,64) per ton.

James Fry, Chairman LMC International, menyampaikan produksi minyak sawit global bisa tumbuh 4 juta ton pada semester I/2017 akibat membaiknya kondisi cuaca. Sebelumnya, produksi CPO terhambat pada paruh pertama 2016 akibat cuaca kering.

Indonesia sebagai produsen terbesar dapat mengalami pemulihan panen lebih cepat pada kuartal IV/2016. Pertumbuhan produksi diperkirakan mencapai 0,4 juta ton secara tahunan (yoy).
Kondisi tersebut menyebabkan fundamental CPO goyah dan menekan harga di kisaran 2.400 -2.500 ringgit per ton pada November Desember 2016.

Namun, harga bakal meningkat pada JanuariFebruari 2017 seiring dengan menurunnya stok di Malaysia. Sementara itu, Thomas Mielke, Executive Director Oil World, mengatakan harga CPO masih under valued sehingga menjadi kesempatan bagi konsumen untuk meningkatkan pembelian. Dalam 3-8 minggu ke depan, harga dapat meningkat hingga 2.900–3.000 ringgit per ton.

Akan tetapi, kemudian harga berfluktasi antara 2.500–2.900 sampai Februari 2017. Pasalnya pada kuartal I/2017, produksi bisa bertumbuh 1,2 juta — 1,4 juta ton dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. (bc)

Close Ads X
Close Ads X