Meraup Rupiah dari Kotoran Ular

Medan – Ular Piton dikenal sebagai binatang melata yang buas dengan lilitan mematikan. Namun, di balik kebuasan Piton (Phyton reticulatus) tersimpan peluang bisnis yang menggiurkan dan mendatangkan rupiah. Pasalnya, kotoran Piton yang mengandung protozoa dapat dimanfaatkan sebagai racun tikus biologi untuk perkebunan kelapa sawit.

Peternakan ular PT HETTS Biolestari berlokasi di Jalan Namo Pencawi No 174 Desa Tuntungan II Kecamatan Pancurbatu Kabupaten Deliserdang memelihara sebanyak 800 ekor ular Piton. Luas areal 7.000 m² terdapat laboratorium, tempat penangkaran ular dan tikus putih. Peternakan ular ini merupakan yang pertama di Indonesia dan kedua di dunia setelah Thailand.

“Jika masyarakat mendengar peternakan ular maka secara otomatis akan berfikiran untuk mengambil kulitnya untuk dijual. Namun, hal ini berbeda dengan peternakan ular di Desa Tuntungan II, pihak kami lebih mengutamakan dan fokus untuk mengelola kotoran ular Piton yang dijadikan racun tikus untuk perkebunan kelapa sawit,” ujar kepala penelitian PT. HETTS, Raden Isra Wardani, Selasa (21/3) Ia mengatakan, ular Piton yang dipelihara saat ini sebanyak 800 ekor yang diletakkan di kandang maupun dalam box. Ular yang diperoleh merupakan hasil perkawinan yang dapat menghasilkan telur minimal sebanyak 50 butir.

Selanjutnya telur tersebut dieramkan ular Piton betina yang minimal dapat menghasilkan 80% ekor anak ular piton. Kemudian anak ular yang ditelah menetas langsung dipisahkan dengan induknya dan diletakkan dalam tempat yang aman dan nyaman.

Sambungnya, anak ular tersebut belum bisa makan, namun setelah ganti kulit maka ular piton tersebut baru bisa makan, dan diberi makan anak tikus putih, kemudian setelah ular beranjak besar makanan yang diberikan adalah ayam yang telah mati.

Makanan untuk ular Piton ini berupa tikus putih yang juga dipelihara dan ternak. Untuk memperbanyak Protozoa, sebelum memberi makan ular Piton, tikus putih tersebut diinjeksi protozoa. Protozoa yang telah diinjeksi menunggu selama dua bulan dalam tubuh tikus.

Setelah dua bulan, lanjutnya, tikus putih tersebut menjadi santapan empuk ular Piton dan diproses dalam perut untuk menghasilkan jumlah protozoa yang banyak. Setiap harinya para petugas membersihkan kotoran ular setiap kandang untuk dikumpulkan selanjutnya dilakukan proses dijadikan racun tikus biologi yang bernama Prorodent.

“Prorodent adalah umpan tikus yang berisi parasit Sarcocystis singaporensis bersel tunggal. Secara alami parasit yang terdapat dalam kotoran ular Piton tersebut dapat membasmi hama tikus yang menyerang kelapa sawit. Namun, jika jumlah tahap infeksi tinggi, hama tikus bisa mati setelah 10-14 hari. Hal ini merupakan prinsip bio kontrol, tikus dibunuh oleh tingginya jumlah parasit. Prorodent tidak berbahaya bagi manusia dan hewan lain,” papar Raden.

Lebih lanjut ia menuturkan tikus adalah hama utama pada perkebunan kelapa sawit di Asia Tenggara. Setidaknya sekitar 5-10% dari produk kelapa sawit hilang setiap tahunnya. Spesies hama utama adalah Tikus dari jenis Rattus spp dan Bandicota . Namun, kedua hama tikus ini sangat rentan dengan Prorodent. Prorodent merupakan bahan pengendalian tikus yang efektif dan aman di perkebunan sawit.

Sebutnya, keberadaan ternak ular ini mulai efektif untuk mengelola kotoran ular Piton pada tahun 2008. Apalagi perusahaan perkebunan kelapa sawit yang memiliki sertifikat Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) disarankan untuk tidak menggunakan racun tikus kimia terutama racun tikus Generasi 2 yang membahayakan manusia dan hewan lain. Tambah Raden, produk kotoran ular Piton (Prorodent) telah dipasarkan ke perusahaan-perusahaan kepala sawit di Sumut, Pekanbaru, Sumatera Selatan, Kalimantan dan Sulawesi. Pemasaran yang dilakukan dengan cara pemasanan oleh pihak perusahaan kelapa sawit. Produk kotoran ular Piton diproses setelah adanya pemasanan.

“Penangkaran ular Piton ini tidak membuat racun tikus biologi saja, juga memberikan edukasi bagi pelajar tingkat TK hingga mahasiswa. Di sini para pelajar yang berkunjung diberikan ilmu pengetahuan tentang ular berbisa dan tidak serta penanggulangan pertama jika digigit ular. Intinya manusia jangan takut dengan ular karena ular merupakan sahabat kita,” pungkasnya. (bambang nl)

Close Ads X
Close Ads X