Konflik AS-Iran Meredah, Harga CPO Kembali Turun

 

Ilustrasi CPO.Ist

Medan | Jurnal Asia
Kinerja harga CPO kembali memudar setelah sebelumnya harga CPO berada di atas 3.000 ringgit per tonnya. Bahkan disaat terjadi serangan Iran ke sejumlah basis AS di Iraq, harga CPO sempat diperdagangkan di atas 3.100 ringgit per tonnya.

Akan tetapi saat ini harga CPO sudah kembali turun. Harga CPO terkoreksi dikisaran 2900 ringgit per ton untuk pengiriman Februari mendatang.

Pengamat ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin mengatakan, sentimen penurunan harga CPO tidak terlepas dari penurunan harga minyak mentah dunia. Sebelumnya saat terjadi masalah antara AS dengan Iran, harga minyak dunia jenis WTI sempat berada di atas $63 per barel, bahkan menyentuh $65 per barel dan saat itu, harga CPO sempat bertengger dikisaran 3.100-an ringgit per tonnya.

Namun, lanjutnya, saat ini harga minyak mentah dunia kembali turun dikisaran $58 per barel. Seiring dengan meredanya masalah AS-Iran.

“Yang mengakibatkan terjadi penurunan pada harga komoditas dunia lainnya termasuk CPO. Sementara itu, kisruh antara India dan Malaysia yang berujung pada aksi balasan India yang memboikot sawit Malaysia akan menguntungkan Indonesia,” katanya, Jumat (17/1/2020).

Menurutnya, sulit untuk mengharapkan harga CPO untuk kembali naik di atas 3.100 ringgit jika hanya mengandalkan sentimen perang dagang antara Malaysia dengan India. Karena isu ini sudah lama bergulir dan sebelumnya sempat mengerek harga CPO hingga ke level 2.600 ringgit per ton, dari sebelumnya dikisaran 2.300 ringgit per tonnya.

“Saya berkesimpulan, isu ini tidak akan mendobrak kenaikan harga untuk saat ini,” ucapnya.

Penurunan harga CPO belakangan ini juga tidak terlepas dari sikap tidak percayanya pelaku pasar terhadap kesepakatan dagang tahap pertama antara AS dengan Tiongkok. Di mana keduanya masih menunjukan sikap permusuhan. Tiongkok menyatakan perang yang lebih besar terhadap AS setelah kepepakatan tahap I ini ditanda tangani.

Sementara itu, AS juga menyatakan akan kembali membicarakan kesepkatan dagang tahap II dengan Tiongkok. Di mana AS tidak akan menurunkan tarif ke Tiongkok setidaknya hingga November (pemilihan) mendatang. Sikap ini menunjukan masih adanya permusuhan, ditambah lagi masalah geopolitik yang bisa saja mencuat kapanpun.

“Saya melihat di tahun 2020 ini, CPO harganya berpeluang bertahan mahal, dan bisa kembali naik seandainya kondisi di banyak negara seperti konflik kembali mencuat,” ucapnya.

Masih ada banyak ketidakpastian yang membuat harga CPO bisa kembali naik nantinya. Musim panen memang bisa memicu penurunan, tetapi perang dagang antara India Malaysia akan mengkompensasinya.(nty)

Close Ads X
Close Ads X