BI: Tingkat Volatilitas Rupiah Membaik Signifikan

Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat tingkat pergerakan atau volatilitas rupiah terhadap mata uang asing telah jauh membaik, di mana saat ini bank sentral juga merasa cukup nyaman dengan nilai tukar mata uang nasional.

Tingkat volatilitas rupiah saat ini di bawah tiga persen, atau mengecil drastis dari 12 persen saat “taper tanrum” 2013 atau periode di mana bayang-bayang kebijakan kenaikan suku bunga Federal Reserve AS memukul nilai tukar berbagai mata uang di dunia.

“Itu menunjukkan situasi yang baik, stabil, persepsi terhadap Indonesia juga baik. Namun, meski volatilitas menurun, kami tidak bisa merasa cepat puas karena pekerjaan masih banyak,” kata Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara di Jakarta, Jumat (24/3).

Menurut Mirza, “pekerjaan rumah” saat ini adalah bagaimana menghadapi tantangan inflasi atau Indeks Harga Konsumen (IHk) agar tidak melebihi empat persen (yoy), di tengah rencana pemerintah untuk menyesuaikan belanja subsidi sebagai kelanjutan reformasi anggaran bidang energi.

“Meskipun pemerintah naikkan ‘administered prices’ yang diperlukan dalam rangka efisiensi anggaran untuk pengalihan subsidi dan untuk hal produktif, maka dibutuhkan penanganan dampak ke inflasi,” ujar dia.

Maka dari itu pula, BI dan pemerintah ingin memastikan agar komponen inflasi lainnya selain “administered prices” yakni kelomok harga barang bergejolak (volatile food) dapat ditekan lebih rendah. Bank Sentral menargetkan inflasi “volatile food” hanya bergerak di rentang 4-5 persen (yoy) pada tahun ini.

Mirza mengatakan, kondisi nilai tukar rupiah saat ini memang masih sedikit “undervalued”. Kondisi rupiah “undervalued” mencerminkan bahwa dolar AS hanya bisa dibeli dengan harga yang lebih mahal dari harga yang sebenarnya.

Namun, kondisi nilai tukar rupiah saat ini mencerminkan volatilitas yang tidak berlebihan atau tidak terlalu kuat maupun tidak terlalu lemah dari nilai fundamentalnya.

“Jadi kami masih nyaman,” ujar Mirza.

Kondisi nilai tukar rupiah menunjukkan pergerakan yang relatif stabil di awal tahun ini, meskipun menghadapi berbagai tekanan eksternal seperti pelantikan Presiden AS Donald Trump, ataupun kepastian kenaikan suku bunga The Fed pada 15 Maret 2017.

Sebagai gambran, menurut kurs tengah BI, nilai tukar rupiah sejak 1 Maret 2017 hingga 24 Maret 2017, termasuk setelah pengumuman kenaikan bunga Federal Reserve AS pada 15 Maret 2016, tidak pernah melewati level Rp13.300 per dolar AS. (ant)

Close Ads X
Close Ads X