BI Cermati Peluang Penurunan Kembali GWM-Primer

Jakarta – Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan masih mencermati peluang kembali diturunkannya rasio Giro Wajib Minimum-Primer, sebagai upaya memastikan likuiditas perbankan mencukupi di 2017.

Mirza, di Jakarta, Rabu, mengatakan salah satu fokus BI saat ini adalah memastikan likuiditas perbankan terjaga. Namun, untuk melonggarkan likuiditas itu, BI tidak memiliki peluang besar menurunkan suku bunga acuan “7-Day Reverse Repo Rate”.

“Walapun misalnya suku bunga acuan mungkin tidak ada lagi ruang untuk pelonggaran, tetapi BI akan memastikan likuditas tersedia,” ujarnya.

Disinggung mengenai cara BI untuk memastikan likuiditas terjaga, Mirza mengatakan “Ruang penurunan GWM-Primer sudah dua kali pada beberapa tahun sebelumnya. Ruang untuk itu ya masih bisa dilihat lagi,” katanya.

Untuk kebijakan lain sebagai kompensasi kecilnya ruang pelonggaran suku bunga acuan, Mirza masih enggan membicarakannya.

GWM-Primer merupakan simpanan minimum bank yang ditaruh di Bank Indonesia dalam rupiah atau valas. Rasio GWM-Primer bank di BI saat ini sebesar 6,5 persen yang berlaku sejak Maret 2016.
Sebelumnya, BI juga menyatakan akan menerapkan perhitungan rata-rata Giro Wajib Minimum (GWM Averaging) pada tahun ini.

GWM Averaging akan menggunakan periode perhitungan rata-rata selama dua pekan, dengan bobot yang dihitung rata-rata adalah 1,5 persen dari besaran rasio GWM saat ini sebesar 6,5 persen.

Dari aspek makroprudensial, BI juga masih mematangkan kebijakan baru pengelolaan dividen yang disetorkan kepada pemegang saham dari laba korporasi. Kebijakan pengelolaan dividen ditujukan agar korporasi tetap memiliki kapasitas permodalan yang kuat untuk menghadapi tantangan perekonomian global pada 2017.
(ant)

Close Ads X
Close Ads X