Jonan: Investasi EBT Masih Diminati

Jakarta – Pemerintah menilai kerja sama Indonesia dengan Amerika Serikat di sektor energi baru terbarukan adalah bukti bahwa investor luar negeri masih berminat berinvestasi di sektor EBT di Indonesia. Ini seakan membantah anggapan pengusaha dalam negeri yang menilai regulasi teranyar Peraturan Menteri ESDM nomor 12/2017 akan melemahkan kondisi iklim investasi di bidang tersebut.

“Kerja sama Amerika Serikat dan Indonesia menjadi bukti bahwa investasi di sektor energi baru terbarukan diminati investor,” ujar Ignasius Jonan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral.

Pemerintah masih optimis dengan mematok target total investasi di bidang EBT sebesar US$1,56 miliar meningkat 13% dari tahun lalu yang hanya 1,37%. Pemerintah juga memprediksi investasi energi baru terbarukan pada tahun depan akan lebih tinggi US$190 juta dibandingkan tahun ini.

Ignasius Jonan mengatakan, Indonesia dan Amerika Serikat juga melakukan perbincangan sektor energi dalam lingkup yang lebih makro. Kerja sama tersebut akan terus dijalin antar kedua negara.

“Saya akan terus menjalin kerja sama melalui kelompok bisnis yang sudah dibentuk ini, terutama karena kita juga memiliki target peningkatan rasio elektrifikasi hingga 99 persen di 2019 dan 100 persen di 2020,” tuturnya.

Amerika Serikat sudah menyatakan bersedia untuk meningkatkan efisiensi pembangkit listrik, eksisting dan transmisi, dan termasuk dalam energy baru terbarukan. Empat perusahan telah mendatangani lima kontrak kerja sama.

Direktur Perencanaan Korporat PLN, Nicke Widyawati, mengungkapkan kerjasama tersebut untuk peningkatan kehandalan sistem kelistrikan yang akan meningkatkan kualitas layanan kepada pelanggan, serta pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT).

“Seperti yang kita ketahui saat ini PLN tengah giat meningkatkan penggunaan EBT untuk mencapai target 23% di tahun 2025. Sejalan dengan itu, pengembangan smart grid akan dilaksanakan untuk meningkatkan penetrasi EBT pada sistem kelistrikan,” ujarnya.

(bc)

Close Ads X
Close Ads X