Investor Asal Uni Emirat Arab Ingin Bangun ‘PLTS Murah’ di RI

Petugas memeriksa panel Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Daruba, Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara, Rabu (6/4). PLTS tersebut merupakan panel terbesar di Maluku Utara, memanfaatkan energi matahari menjadi energi listrik melalui photovoltaic module (green energy), berkapasitas 600 kWp, dibangun pada tahun 2012 namun kini hanya 2/3 dari sistem yang berfungsi dan dioperasikan secara manual untuk dikonversikan dengan PLTD serta hanya dijaga oleh satu orang teknisi. ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma/pd/16

Jakarta – Perusahaan pengembang energi terbarukan asal Uni Emirat Arab (UEA), Masdar, berminat untuk mengembangkan listrik energi matahari di Indonesia.

Ketertarikan untuk membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) ini pernah disampaikan langsung oleh CEO Masdar, Mohamed Jameel Al Ramahi, saat Menteri ESDM Ignasius Jonan berkunjung ke Abu Dhabi pada 18 Januari 2017.

Sudah ada pembicaraan lanjutan antara Masdar dengan PT PLN (Persero) dan Kementerian ESDM.

“Sekarang kita masih membahas agreement antara pihak Masdar dengan kita, Kementerian ESDM dan PLN,” kata Dirjen EBTKE Kementerian ESDM, Rida Mulyana, Jumat (10/3).

Masdar memiliki kota yang menjadi proyek percontohan pengembangan energi terbarukan bernama Masdar City. Di kota pintar itu, Masdar mengembangkan berbagai teknologi energi terbarukan yang ramah lingkungan, di antaranya PLTS.

Harga listrik yang dihasilkan dari PLTS di Masdar City sangat murah, hanya US$ 2,99/kWh alias Rp 390/kWh. Sedangkan di Indonesia, tarif untuk listrik PLTS mencapai US$ 15 sen/kWh atau sekitar Rp 2.000/kWh.

Sebagai pembanding, biaya pokok produksi (BPP) listrik di Indonesia saat ini sekitar Rp 1.300/kWh. Sumber energi yang paling banyak digunakan untuk kelistrikan adalah batu bara. Harga listrik dari batu bara sekitar Rp 800/kWh. Artinya, biaya produksi listrik dari tenaga surya di UEA bahkan jauh lebih murah ketimbang listrik batu bara di Indonesia.

Listrik dari tenaga surya di UEA bisa murah karena ada insentif pajak 0%, pembebasan pajak penghasilan (PPh) untuk perusahaan pengembang energi terbarukan, pembebasan lahan yang digratiskan negara, bunga kredit yang cuma 3%, dan sebagainya.

Kondisinya memang berbeda jauh di Indonesia, Jonan menyadari sangat sulit jika Indonesia ingin punya ‘PLTS murah’ seperti di UEA. Tapi menurut Jonan, setidaknya harga listrik energi matahari di Indonesia bisa lebih murah dari sekarang.

Menanggapi keinginan Masdar untuk berinvestasi mengembangkan listrik energi matahari di Indonesia, apa jawaban Jonan?

“Kalau dia (Masdar) bisa menyediakan listrik matahari dengan harga US$ 6 sen/kWh, saya langsung akan teken persetujuan mereka untuk investasi,” tegas Jonan.

Jonan pun mengundang Masdar untuk melihat langsung kondisi di Indonesia dan seperti apa penawaran investasi yang nanti akan mereka ajukan. (dtf)

Close Ads X
Close Ads X