Impor Daging Kerbau Tak Turunkan Harga Daging Sapi

Pekerja menurunkan muatan sapi impor dari Kapal Galloway Express Australia di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (9/6). Sebanyak 3.876 ekor sapi tersebut merupakan bagian dari program impor daging sapi yang diharapkan bisa menurunkan harga daging sapi hingga di bawah Rp 80.000/kilogram. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/aww/16.
Pekerja menurunkan muatan sapi impor dari Kapal Galloway Express Australia di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (9/6). Sebanyak 3.876 ekor sapi tersebut merupakan bagian dari program impor daging sapi yang diharapkan bisa menurunkan harga daging sapi hingga di bawah Rp 80.000/kilogram. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/aww/16.

Jakarta – Perum Bulog tengah giat-giatnya mendatangkan daging kerbau impor dari India. Namun, impor daging kerbau belum berhasil menurunkan harga daging sapi di pasar. Daging kerbau yang dibanderol rata-rata Rp 65.000 per kilogram (kg) ini terkesan menggiurkan karena separo dari harga daging segar di pasaran yang berada di kisaran Rp 120.000 per kg – Rp 130.000 per kg.

Setelah mendapatkan restu impor 10.000 ton, Bulog bak mendapat angin segar lagi pasca pemerintah memutuskan membuka keran impor daging kerbau sebanyak 70.000 ton sampai akhir tahun dan tambahan 30.000 ton pada semester pertama 2017 mendatang.

Artinya dalam waktu kurang dari satu tahun ke depan, pemerintah mendatangkan 100.000 ton daging kerbau impor dan siap membanjiri pasar dalam negeri. Bahkan untuk menghadapi lebaran pun, pemerintah telah menyiapkan cadangan 30.000 ton daging kerbau, belum termasuk impor daging yang kuotanya dibebaskan kepada para importir swasta.

Pemerintah berharap banjirnya daging impor ini dapat menekan harga daging segar. Namun prediksi itu sampai hari ini belum terbukti. Harga daging segar tetap stabil, impor daging besar-besaran telah dibuka sejak bulan puasa lalu.

Ketua Komite Daging Sapi Jakarta Raya, Sarman Simanjorang mengatakan kebijakan impor daging kerbau ini bukanlah solusi menurunkan harga daging segar di pasaran. Ia yakin dalam waktu jangka pendek dan menengah impor daging sapi dan kerbau ini tidak akan menekan harga daging. Justru sebaliknya, ia mengatakan masyarakat memiliki tiga pilihan untuk menikmati daging.

Pertama, bagi masyarakat yang ingin daging segar mereka harus membeli dengan ahrga Rp 120.000 – Rp 130.000 per kg. Kedua bila ingin mendapatkan daging impoor Australia dan New Zealand, maka bisa mendapatkan dengan harga Rp 80.000 per kg.

Ketiga bila igin menikmati daging kerbau, maka masyarkat bisa mendapatkan dengan harga Rp 65.000 per kg. “Kedatangan daging kerbau ini tidak mampu menurunkan harga daging sapi di pasaran,” jelas Sarman , Rabu (14/9).

Menurut Sarman kondisi ini terjadi karena masyarakat belum terbiasa dengan daging beku, apalagi daging kerbau. Ia bilang, pada umumnya masyarakat Indonesia tidak suka dengan daging kerbau.

Sehingga hanya golongan masyarakat tertentu yang jumlahnya sedikit yang akan menjadi konsumen daging kerbau ini. Namun bila daging kerbau impor ini disuguhkan terus menerus dan dalam bertahun-tahun, maka yang terjadi justru matinya usaha peternak lokal dan para pedagang kehilangan konsumen.

Bila kondisi itu terjadi, maka Indonesia akan menjadi negara yang murni importir daging. Mimpi menuju swasembada daging sapi pun sudah tidak ada lagi. Bahkan dalam beberapa kesempatan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman tak pernah lagi bicara swasembada daging, tapi swasembada protein. Ini menjadi sinyal pemerintah gagal membuat Indonesia mandiri dalam hal pangan, khususnya pengadaan kebutuhan daging dalam negeri.
(kc)

Close Ads X
Close Ads X