Harga Karet Turun Drastis, Pemerintah Harus Lakukan Langkah Konkrit

Jakarta | Jurnal Asia
Pemerintah pusat didesak segera melakukan langkah-langkah konkrit untuk menyelamatkan nasib petani karet lokal karena harga karet di tingkat petani saat ini turun drastis.
Hal tersebut diungkapkan Bupati Sintang, Kalimantan Barat, Milton Crosby di sela-sela kunjungan Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN)/ Kepala Bappenas, Andrinof Chaniago, di Kota Pontianak, Kalbar.

Menurut Milton harga karet Indonesia saat ini hanya Rp 4.500/kg jauh di bawah harga karet Malaysia, Vietnam dan Thailand yang bisa di atas Rp 15 ribu/kg.
“Kita susah bersaing dengan mereka (negara luar), karena kalau kita mau ekspor karet mentah ke Eropa mereka minta lisensi. Sedangkan kita kalau mau punya lisensi harus ambil di Malaysia,” ucap Milton, di Kantor Gubernur Kalbar, Pontianak, Jumat (5/6).

Milton meminta pemerintah pusat supaya membangun pabrik pengolahan karet di Kalimantan. Hal itu diperlukan supaya Indonesia tidak menjual karet mentah melainkan karet yang sudah diolah.
“Misalnya pabrik ban, kan bagus tuh. Jadi pemerintah bisa punya ban lalu bisa terapkan peraturan kalau kendaraan TNI atau Polisi harus pakai ban buatan Indonesia,” ucapnya di depan Direktur Energi Bappenas, Josaphat Rizal Pramana.

Milton mengatakan, bila tidak ada langkah konkret pemerintah, maka dipastikan Indonesia hanya mampu menjual bahan mentah ke luar negeri saja. Sedangkan harga karet dunia sifatnya fluktuatif beda bila karet tersebut sudah diolah menjadi barang jadi. “Kalau tidak ada langkah ya kita cuma bisa jadi bangsa pembeli, padahal apa yang dibeli bahan mentahnya dari Indonesia,” ucapnya.

Tumpang Sari
Sebelumnya, Direktur Perkebunan, Kementan Herdrajat mengatakan agar para petani tidak mengalami kerugian cukup besar, Kementerian Pertanian (kementan) menyarankan agar lahan karet bisa dipakai untuk ditanami tanaman pangan dengan sistem tumpang sari.

“Digalakkannya tumpang sari antara karet dengan tanaman pangan seperti jagung dan kedelai. Jika harga turun seperti sekarang, petani masih bisa dapat untung dari hasil tanaman pangan tumpang sari tadi,” ungkap Herdrajat saat ditemui di Gedung Kementan Ragunan, Jakarta, Kamis kemarin.

Selain itu, di saat harga karet sedang anjlok, Kementan juga akan melakukan re-planting terhadap perkebunan karet rakyat. Herdrajat mengatakan mayoritas usia tanaman karet saat ini berusia tua yaitu lebih dari 30 tahun. Imbasnya adalah penurunan produktivitas getah karet nasional.

“Ditjen Perkebunan juga berinisiatif selama harga rendah, kita lakukan re-planting karena tanaman-tanaman di kebun usianya sudah lebih dari 30 tahun,” imbuhnya. Lalu cara lainnya adalah meminta karet mentah lebih banyak diserap oleh pelaku industri di dalam negeri. Selama ini, mayoritas karet diekspor dalam bentuk mentah. Dari total produksi karet mentah nasional per tahun mencapai 31 juta ton, hanya terserap 20% untuk kebutuhan domestik, sisanya diekspor.

Menurut Herdrajat, karet tidak hanya digunakan sebagai bahan baku pembuat ban. Karet juga dapat dipakai sebagai bahan campur aspal hingga dapat digunakan di proyek infrastruktur lainnya.

“Contohnya Kementerian PU akan serap karet alam dalam bentuk lateks untuk campuran aspal. Akan digunakan untuk jembatan-jembatan yang berbahan karet alam. Industri ban pesawat terbang juga akan diinisiasi untuk gunakan karet alam,” tuturnya.
(Dtf)

Close Ads X
Close Ads X