Genjot Pembangunan Jargas | Pemerintah Yakin Tekan Impor Elpiji

Pekerja mendistribusikan gas elpiji tiga kg di agen gas kawasan Pabuaran, Bojong Gede, Jawa Barat, Senin, (21/11). PT Pertamina (Persero) berencana mengeluarkan produk elpiji bright gas dengan ukuran tiga kilogram guna memenuhi kebutuhan pengguna elpji tiga kg yang tidak layak menerima subsidi. ANTARAFOTO/Yulius Satria Wijaya/aww/16.

Jakarta – Pemerintah terus berupaya untuk membangun jaringan distribusi gas Bumi (jargas) untuk meningkatkan nilai pemanfaatan gas bumi dan mengurangi impor elpiji. Pemerintah berharap kondisi itu bisa dilakukan dan nantinya memberi efek positif bagi upaya untuk mencapai ketahanan energi.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), IGN Wiratmaja Puja mengatakan, selama ini Indonesia terpaksa mengimpor elpiji dalam jumlah besar yakni sebanyak 65 persen. Impor elpiji terpaksa dilakukan karena produksi dalam negeri terbatas jumlahnya.

Menurutnya dengan dibangunnya jargas untuk rumah tangga maka diharapkan dapat mengurangi impor elpiji sekaligus mengurangi subsidi elpiji tiga kg yang selama ini ditanggung negara. Bersama BUMN, kata Wirat, pemerintah akan terus menambah jaringan-jaringan gas agar semua masyarakat dapat merasakan manfaat dari gas bumi.

“Wilayah-wilayah yang sudah kita bangun jaringan gasnya ini cukup tersebar di mana ada gas. Dan termasuk di Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara yang ada gasnya,” jelas Wirat di Jakarta, Jumat (3/2).

Tidak hanya menekan impor dan subsidi, Wirat menambahkan, pembangunan jargas juga akan bermanfaat langsung bagi ibu rumah rumah tangga. Menurutnya dengan jargas dapat meringankan biaya bahan bakar yang harus dikeluarkan masyarakat.

Rata-rata biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk memasak dengan menggunakan elpiji adalah sekitar Rp54.000 sampai Rp75.000 per bulan. Sedangkan menggunakan gas bumi, hanya sekitar Rp 45 ribu.

Wirat berharap, pem­ba­ngunan jargas untuk rumah tangga kedepannya dapat dibangun di daerah yang memiliki sumber gas atau dekat dengan sumber gas. Hal itu karena akan memudahkan. “Di mana ada sumber gas maka di situ akan diprioritaskan pembangunan jaringan gas,” pungkas dia.
(mtv)

Close Ads X
Close Ads X