Gara-gara Corona, Rupiah Diskenariokan ke Level 20.000 per US Dolar

Rupiah diskenariokan ke 20.000 per US Dolar.Ist

 

Medan | Jurnal Asia
Komite stabilitas sistem keuangan (KSSK) mengupkapkan skenario terburuk Rupiah dalam rentang 17.500 hingga 20.000 per US Dolar di tahun 2020 ini. Skenario tersebut dibuat seiring dengan penyebaran corona yang berpeluang besar memperburuk ekonomi Indonesia di tahun ini.

Intervensi yang dilakukan Bank Indonesia memang selalu efektif dalam meredam gejolak Rupiah. Namun, sayangnya tidak bisa bertahan lama banya bersifat sementara.

Baca Juga : Update, 30 Orang Positif Covid-19 di Sumut

Menurut Analis Pasar Keuangan, Gunawan Benjamin, penyebaran Covid-19 justru memicu terjadinya pelemahan mata uang di banyak negara. Tidak hanya Indonesia.

Akan tetapi, katanya, jika hanya dilakukan dengan intervensi yang menguras cadangan devisa maka kebijakan ini akan mengganggu kemampuan pemerintah dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Khususnya kebutuhan hidup masyarakat seperti BBM hingga kebutuhan pokok lain yang harus didatangkan dengan cara impor.

“Mengintervensi pasar juga tidak lantas membuat kepercayaan pelaku pasar akan pulih. Corona tetap akan menjadi tolak ukur investor dalam melihat sejauh mana suatu negara dapat menaklukkannya,” katanya, Rabu (1/4/2020).

Ia melanjutkan, dalam konteks ini kebijakan yang diambil menjadi sangat penting. Baik kebijakan memerangi corona maupun kebijakan dalam mengatasi dampak buruk corona itu sendiri seperti masalah ekonomi.

Jadi intervensi agar Rupiah menguat bukanlah jalan satu-satunya dan punya risiko besar. Risiko yang dimaksud disini yaitu, saat intervensi dilakukan jor-joran, dan menghabiskan amunisi (cadangan devisa), namun corona masih belum teratasi sepenuhnya. Yang timbul adalah kepanikan dan kepercayaan investor terhadap Indonesia akan memudar.

Jika sudah sedemikian rupa bentuk kekhawatirannya maka yang terjadi selanjutnya adalah capital outflow yang bisa memicu kepanikan bahkan berdampak pada masalah sosial. Jadi acuan Rupiah bisa menembus level 20.000 per US Dolar ini sudah mempertimbangkan resiko terburuk.

“Saya menilai, jika seandainya rupiah ke 20.000, pada dasarnya tidak akan membuat ekonomi kita terguncang,” ujarnya.

Tetapi saat ini masih berhadapan dengan penyakit yang jelas bisa memicu krisis yang lebih luas. Sejak ada corona ini, potensi krisis yang tercipta ini bentuknya seperti krisis moneter 98, krisis global 2008 dan ancaman kematian karena covid-19 terlalu beresiko dan ancaman krisis juga akan dialami semua negara di dunia tanpa terkecuali.

Sementara itu, untuk hari ini, mata uang Rupiah ditutup dilevel 16.450 per US Dolar. Rupiah mengalami pelemahan. Sementara itu, IHSG ditutup melemah 1.6% di level 4.466,04.(nty)

 

Close Ads X
Close Ads X