Ekspor Kelapa Sawit Berpeluang Tertekan

Jakarta| Jurnal Asia
Volume ekspor sawit pada tahun ini diprediksi mengalami penurunan menjadi 21 juta ton atau turun sekitar 8,7% dibandingkan dengan ekspor sepanjang 2015 yang mencapai 23 juta ton.
Penurunan tersebut disebabkan peningkatan konsumsi dan penyerapan dalam negeri bisa tumbuh di atas 80% dari 3,4 juta ton pada 2015 menjadi 6,4 juta ton sepanjang 2016 apabila mandatori pemanfaatan biodiesel untuk campuran solar yang meningkat hingga 20% (B20) bisa direalisasikan secara konsisten.

“Jika ketentuan B20 terrealisasi pada tahun depan , serapan dalam negeri bisa mencapai 6,4 juta ton, hal itu akan menekan volume ekspor ekspor,” papar Direktur Ekse­kutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia Sahat M Sinaga, kemarin.

Di sisi lain, jumlah produksi sawit pada 2016 diproyeksikan men­capai 33 juta ton atau tumbuh sekitar 6,7% dibandingkan dengan capaian tahun lalu sebanyak 30,8 juta ton atau meleset dari proyeksi awal sebesar 31,5 juta ton.

Peningkatan produksi pada 2016 didorong oleh cuaca yang diprediksi lebih baik dan adanya harapan dari tanaman baru yang siap dipanen. “Tahun ini kurang 2% dari target karena cuaca ekstrem dan terdampak pada buah yang ukurannya menjadi lebih kecil tetapi jumlah tandan tetap.”

Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) Derom Bangun menambahkan pada tahun ini harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) akan berada pada kisaran US$650 CIF Rotterdam karena menurunnya harga minyak dunia.

“Banyak yang memprediksi harga CPO akan membaik ke angka US$700 pada kuartal II/2016 dengan harapan harga minyak bumi akan rebound.” Meskipun harga CPO masih beri­siko tergelincir, Derom tetap op­timistis industri sawit di dalam negeri masih tetap bertahan karena ditopang oleh penggunaan biodiesel yang semakin meningkat. Terbatasnya volume produksi sawit juga bisa memicu peningkatan harga. (bc)

Close Ads X
Close Ads X