Bank BUMN Terganjal Upaya Bersih-bersih Kredit Macet

Jakarta – Penyaluran kredit bank pelat merah pada paruh pertama tahun ini nampaknya akan lebih baik di­ban­ding­kan periode yang sama tahun lalu. Kendati demikian, perbaikan pertumbuhan kredit tidak akan semulus yang dibayangkan, mengingat bank-bank masih fokus untuk memperbaiki kualitas kredit.

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, misalnya, memperkirakan pertumbuhan kredit pada semester I 2017 ada di kisaran 15 persen secara tahunan (yoy) atau mencapai Rp702,5 triliun. Pencapaian ini naik 10,5 persen dari periode yang sama tahun lalu atau kuartal I 2016 yang meningkat 14,2 persen.

“Peningkatan penyaluran kredit semester I 2017 dari tahun lalu sekitar 15 persen,” ujar Rohan Hafas, Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri , kemarin.

Tingginya penyaluran kredit didorong oleh berbagai sektor infrastruktur. Pada periode Januari – April 2017, pembiayaan baru Bank Mandiri ke sektor infrastruktur telah mencapai Rp 9,36 triliun dengan sektor infrastruktur yang dibiayai, antara lain jalan, konstruksi, migas dan energi terbarukan, perumahan rakyat dan fasilitas kota, telematika, tenaga listrik, dan transportasi.

Diretur Utama Bank Mandiri Kartiko Wirjoatmodjo mengatakan, tahun ini, perseroan menargetkan penyaluran kredit di kisaran 11 persen hingga 13 persen, dengan tetap memperhatikan kualitas kredit.

Karenanya, porsi terbesar kredit masih diperuntukkan bagi kredit korporasi (40 persen) dan ritel (ritel). Sementara, pertumbuhan kredit menengah diperkirakan akan stagnan lantaran rasio kredit bermasalah (NPL) relatif lebih tinggi jika dibandingkan dua segmen lainnya.

Selanjutnya, ada PT Bank Negara In­donesia (Persero) Tbk yang mem­per­kirakan pertumbuhan kredit pada paruh pertama tahun ini setidaknya sama dengan capaian kuartal I 2017, yaitu sekitar 21,4 persen. Padahal, pada semester I 2016 lalu, pertumbuhan kredit perseroan tembus 23,8 persen menjadi sebesar Rp357,22 triliun.

“BNI lebih mengutamakan kualitas ekspansi,” tutur Direktur Keuangan BNI Rico Rizal Budidarmo melalui pesan singkat, awal pekan ini.

Sementara, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk memperkirakan pertumbuhan kreditnya bakal lebih baik atau minimal sama dengan kuartal I 2017.

Selama Januari-Maret 2017, bank pemilik aset terbesar di Indonesia ini bisa tumbuh 16,4 persen menjadi Rp561,1 triliun. Pada semester I 2016, penyaluran kredit perseroan tercatat tumbuh 17,3 persen.

Haru mengungkapkan, perseroan akan merevisi ke atas target pertumbuhan kredit dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) tahun ini dari 12 persen menjadi 12,6 persen. Namun demikian, target kelolaan Dana Pihak Ketiga (DPK) dipatok tumbuh lebih rendah dari target penyaluran kredit, yaitu hanya 11 persen.

Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede mengatakan, pertumbuhan kredit perbankan pada semester I tahun ini memang diperkirakan sedikit membaik dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Hingga akhir Juni 2017, Josua memperkirakan, kredit diperkirakan tumbuh 9 persen-9,5 persen. Pada Juni 2016, kredit bank tercatat tumbuh 8,9 persen.

Meskipun cenderung sedikit mem­baik, tingkat risiko kredit cenderung masih tinggi. Hal itu ditunjukkan dengan NPL kredit modal kerja yang melesat, yakni sekitar 3,7 persen serta NPL kredit investasi mencapai 3,4 persen.

“Masih tingginya risiko kredit mendorong perbankan sedikit menaikkan suku bunga kredit modal kerja dan investasi masing-masing sebesar dua basis poin (bps) dan 5 bps pada bulan April lalu,” jelas Josua.

Selain itu, meskipun kegiatan ekonomi kuartal II tahun ini cenderung meningkat, namun kinerja beberapa sektor masih menurun, sehingga belanja modal dari korporasi belum meningkat.

Akibatnya, perbankan cenderung masih berhati-hati dalam penyaluran kredit. Apalagi, portofolio kredit yang masuk dalam kategori dalam perhatian khusus juga masih meningkat.

Josua mencatat, per April 2017, por­tofolio kredit yang masuk dalam kategori dalam perhatian khusus mencapai 27 persen (year to date), sehingga mendorong peningkatan cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan pada kredit yang diberikan naik 4,1 persen (ytd).

Senada dengan Josua, ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menilai, pada paruh pertama tahun ini, perbankan masih pada tahap konsolidasi untuk membereskan kredit macet tahun lalu.

Karenanya, Bhima memperkirakan, pertumbuhan kredit perbankan masih akan moderat pada semester I 2017 ini, yaitu di bawah 10 persen untuk bank umum. Gerak penyaluran kredit baru mulai agresif pada semester II ke depan.

(cnn)

Close Ads X
Close Ads X