Usul Aptri ke Kemendag, Perluas Ladang Tebu 750 Ribu Ha

Buruh tani memanen tanaman tebu di Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Kamis (28/7). Kementerian Pertanian memprediksi produksi gula pada 2016 ini mencapai antara sepuluh persen hingga 20 persen di bawah target 2,6 juta ton akibat rendemen tebu turun karena dipicu intensitas hujan yang tinggi sebagai dampak La Nina. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/pras/16.
Buruh tani memanen tanaman tebu di Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Kamis (28/7). Kementerian Pertanian memprediksi produksi gula pada 2016 ini mencapai antara sepuluh persen hingga 20 persen di bawah target 2,6 juta ton akibat rendemen tebu turun karena dipicu intensitas hujan yang tinggi sebagai dampak La Nina. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/pras/16.

Jakarta – Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) mengusulkan pada Kementerian Perdagangan akan peningkatan luas areal tanam tebu menjadi 750.000 hektare dari yang sebelumnya 470.000 hektare (ha) untuk mewujudkan swasembada gula yang berdaya saing.

“Tadi bicara dengan pak menteri, bagaimana gula kita bisa punya daya saing, salah satunya memperluas tanaman tebu menjadi 750.000 hektare. Kami mengajak bagaimana pemerintah bisa hadir melindungi konsumen, petani dan ketahanan pangan nasional,” kata Ketua Umum Dewan Pembina APTRI HM Arum Sabil saat ditemui usai rapat di Kantor Kementerian Perdagangan Jakarta, Kamis (22/9).

Arum mengatakan dengan perluasan areal tanaman tebu, produksi tebu dengan varietas unggul juga dapat ditingkatkan dari 75 ton menjadi 100 ton per hektare dan penambahan rendemen dari rata-rata 7,5 persen menjadi 10 persen.

Dengan perluasan area 750.000 hektare, hasil produksi gula bisa mencapai 7,5 juta ton dengan rendemen 10 persen dari 75 juta ton tebu. Ia menjelaskan nilai investasi untuk perluasan lahan mencapai Rp12 triliun, sedangkan untuk penambahan kapasitas terpasang pabrik gula dari 245.900 TCD menjadi 700.000 TCD berkisar Rp15-20 triliun.

Menurut dia, peluasan lahan tidak memerlukan pembangunan pabrik baru, melainkan peningkatan kapasitas terpasang dengan merevitalisasi pabrik yang ada. “Kita hanya perlu menambah lahan untuk meningkatkan produktivitas tanaman tebu dan meningkatkan rendemen. Efisien bukan hanya pabrik direvitalisasi untuk meningkatkan kapasitas, tetapi juga potensi ‘loss’ bisa diminimalisasi,” ujar Arum.

Ia menambahkan jika pemerintah dan petani tebu bersama-sama meningkatkan produksi, Indonesia dapat mewujudkan swasembada gula pada 2020. Produksi gula yang berdaya saing selain mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional, mengatasi persoalan impor gula, juga menggerakkan ekonomi masyarakat pedesaan bermata pencaharian sebagai petani tebu. (ant)

Close Ads X
Close Ads X