Jakarta – Cabai dan bawang, dua komoditas hasil pertanian yang setiap harinya dibutuhkan masyarakat sebagai bumbu menu masakan sesuai selera.
Kebutuhan dapur itu cenderung tetap setiap bulan, namun ketersediannya sangat berfluaktif karena bersifat musiman sehingga harga cenderung naik, terutama saat hari-hari besar keagamaan.
Pada sisi lain keberadaan cabai dan bawang berpengaruh signifikan terhadap terjadinya inflasi selain padi. Oleh sebab itu distribusi penanaman cabai di berbagai wilayah di Indonesia perlu didukung dengan menciptakan sistem tata niaga cabai yang saling menguntungkan, tutur Dekan Fakultas Pertanian Universitas Dwijendera Denpasar, Dr. Ir. Gede Sedana, MSc.
Alumnus Pascasarjana Universitas Udayana itu menekankan sebagai solusi, selain memacu meningkatkan produksi cabai dan bawang juga mengatur pola ketersediaan hasil produksi agar tersedia sepanjang tahun.
Hal itu penting karena setiap tahun masyarakat di Indonesia dihebohkan dengan kenaikan harga cabai baik di pasar tradisional maupun modern.
Gede Sedana, pria kelahiran Singaraja, 53 tahun yang silam itu mengatakan, apakah masyarakat harus selalu tunduk pada hukum alam dan hukum pasar yang sering kali menciptakan kesenjangan yang tinggi antara permintaan dan persediaan cabai yang berakibat kenaikan harga?
Demikian pula Haruskah kondisi itu terus saja berlangsung setiap tahun? Tentu saja, diperlukan berbagai upaya untuk menjamin kestabilan harga cabai di masyarakat.
Untuk itu diperlukan adanya identifikasi faktor penyebab naiknya harga cabai di pasaran, baik dari sisi produsen (petani) dan pedagang perantara serta konsumen.
Dari sisi produsen, produksi cabai pada beberapa bulan terakhir ini semakin berkurang akibat faktor cuaca yang kurang mendukung.
Anomali cuaca terutama turunnya hujan mengakibatkan panennya tidak maksimal dan bahkan mengalami gagal panen. Selain itu, intensitas sinar matahari yang terbatas mengakibatkan produktivitas menurun.
Serangan hama Gede Sedana mengemukakan, demikian pula adanya serangan hama dan penyakit, misalnya hama thrips, lalat buah yang menurunkan produktivitas dan kualitas cabai.
Rendahnya produksi juga akibat tidak adanya perencanaan produksi yang komprehensif atau semesta di tingkat petani, di antara petani dalam suatu wilayah dan antarwilayah.
Artinya bahwa pada bulan-bulan tertentu terdapat kelebihan produksi di pasaran sehingga harga rendah, dan sebaliknya pada bulan-bulan tertentu terjadi kekurangan persediaan cabai yang menyebabkan terjadi pendongkrakan terhadap harga cabai yang meninggi.
(ant)