Strategi Pemerintah Atasi Ekspor CPO yang Melemah Ditunggu

Pekerja mengangkat kelapa sawit di Desa Pancang, Sebatik, Kalimantan Utara, Rabu (26/8). Pemerintah masih menjadikan industri sawit sebagai lumbung devisa negara. Dalam setahun ekspor minyak sawit mentah (CPOP) dan produk turunannya mencapai 15 miliar dolar AS dan berkontribusi tiga persen untuk produk domestik bruto (PDB) Indonesia. ANTARA FOTO/Rosa Panggabean/kye/15.

Jakarta – Bicara tentang CPO. Sebenar­nya apa yang menyebabkan sektor CPO melambat? Apa stra­tegi berikutnya? Bagaimana rekomendasi trading? Sementara itu, IHSG kemarin akhirnya re­bound setelah mengalami p­elemahan beberapa hari. Ba­gaimana update selanjutnya?

IHSG pada perdagangan ke­marin, ditutup menguat 0,33% di level 5,358.68. Sementara itu, asing kembali melakukan net sell meskipun hanya sebesar Rp 95 miliar. Hal ini diperkirakan karena IHSG masih dibayang-bayangi oleh sentimen bursa global, terutama FOMC meeting yang kemungkinan hasilnya akan segera keluar hari ini. Saat ini IHSG masih stagnan di area 5300-5350.

Dow Jones terus lanjutkan kenaikan sebesar 0,16% ke level 20,775.60, berbanding terbalik dengan EIDO yang justru alami pelemahan sebesar -0,04% ke level 24,62.

Selama beberapa waktu terakhir ini, sektor CPO terus mengalami pelemahan yang diakibatkan oleh berbagai hal, terutama masih kurangnya pangsa pasar atau tujuan ekspor CPO.

Melihat hal itu, pemerintah Indonesia pun mulai melakukan berbagai cara untuk mengatasi­nya, salah satunya yaitu dengan merencanakan negara tujuan ekspor baru yaitu Pakistan. Lalu, bagaimana perkembangannya?

Baru-baru ini, Indonesia tengah gencar untuk meningkatkan pangsa pasarnya di pasar CPO negara Pakistan. Sebenarnya, apa yang menyebabkan hal itu? Kenapa RI lebih mengincar pasar Pakistan dibanding pasar negara lainnya?

-Perdagangan Bilateral Indonesia-Pakistan
Penurunan CPO selama 4 hari berturut-turut, membuat Indonesia mempertimbangkan untuk memperkuat ekspor CPO nya ke salah satu negara yang melakukan kerja sama perdagangan dengannya, yakni Pakistan.

Penyebab utamanya ialah, karena negara sedang berkem­bang ini telah menyumbangkan surplus perdagangan yang cukup signifikan bagi Indonesia. Data terbaru menunjukkan bahwa total perdagangan kedua negara bahkan melonjak hingga 36,6% dalam 3 tahun terakhir.

Untuk menjaga pertumbuhan tersebut, Indonesia telah melaksanakan The 2nd Joint Committee Meeting (JCM) for the Review Indonesia-Pakistan Preferential Trade Agreement (IP-PTA) pada 16-17 Februari 2017 lalu.

Dalam pertemuan tanggal 16-17 Februari itu, terdapat bebarapa hal yang dibahas dalam pertemuan ini. Salah satunya adalah potensi ekspor Indonesia ke Pakistan. Berdasarkan hasil rapat tersebut, diketahui bahwa ternyata tingkat ekspor produk CPO Indonesia ke Pakistan masih berada di level 60%, belum mencapai target sebesar 100%.

Tak hanya itu, Indonesia juga berkepentingan melakukan perjanjian IP-PTA dengan tujuan meningkatkan cakupan IP-PTA atau meningkatkan status IP-PTA menjadi Indonesia Pakistan Trade in Goods Agreement (IP-TIGA). Hal ini pun masih menunggu keputusan dari Pakistan.

Ekspor produk CPO me­rupakan kontributor utama sur­plus perdagangan Indonesia dengan Pakistan. Implementasi IP-PTA telah membuat Indonesia sebagai sumber impor utama Pakistan untuk produk CPO.

Semenjak adanya perjanjian itu, Indonesia telah mengirimkan berbagai produk ekspor seperti minyak kelapa sawit (US$ 1,3 miliar), other nuts (US$ 97,97 juta), batubara (US$ 68,56 juta), yarn (other than sewing thread) (US$ 59 juta), dan paper and paperboard (US$ 50,4 juta).

Diharapkan dengan mening­katnya ekspor Indonesia ke Pakistan, akan dapat menjaga kestabilan harga CPO yang terus menurun akhir-akhir ini.

Mulai reboundnya harga CPO merupakan sentimen positif untuk saham-saham yang berada di sektor pertanian, seperti GZCO, BWPT, dan SSMS yang sempat terkoreksi akibat penurunan CPO yang lalu. Meski demikian, dampaknya mungkin belum akan terasa hari ini, karena market saat ini masih mendiscount efek dari penurunan harga CPO beberapa waktu yang lalu. (dtf)

Close Ads X
Close Ads X