Stok Pangan Ramadan dan Lebaran Aman

Sejumlah pekerja menata gula hasil penyerapan di Gudang Bulog Divre Jatim, Burudan, Sidoarjo, Jawa Timur (20/4). Persediaan bahan pokok terutama beras dan gula di Jawa Timur selama beberapa bulan mendatang tercatat dalam kondisi aman, yaitu terdiri atas stok beras sebesar 530 ribu ton dan stok gula sebanyak 150 ribu ton. ANTARA FOTO/Umarul Faruq/kye/17

Jakarta – Isu ketersediaan pangan selalu menjadi sorotan menjelang Hari Besar Keagamaan dan Nasional (HBKN) terutama memasuki Ramadan dan Idul Fitri yang jatuh pada bulan Mei dan Juni 2017.

Sebab, ketersediaan pangan di pasar sangat strategis, berbarengan dengan tingginya tingkat konsumsi masyarakat pada bulan-bulan tersebut dan ini berdampak pada besarnya inflasi secara nasional.

“Stok pangan cukup, maka inflasi terjaga, hal ini terlihat jika uang yang beredar banyak sedangkan stok pangan terbatas, maka ini akan memicu tingginya inflasi karena harga ikut melambung,” tulis siaran pers Kementerian Pertanian, Kamis (20/4).

Kejadian ini merupakan siklus yang setiap tahun selalu terjadi. Mengantisipasi kondisi tersebut, pemerintah jauh-jauh hari telah mengantisipasinya dengan memacu peningkatan produksi. Raihan swasembada beras Tahun 2016 sebagai barometer bahwa pemerintah mampu menyediakan pangan yang cukup bagi masyarakat dan tidak hanya beras, pemerintahpun bertekad untuk swasembada komoditi lainnya.

“Ini terlihat dari keberhasilan pemerintah di tahun 2016 mampu stop impor beras, bawang merah, cabai dan jagung. Artinya secara umum pemerintah mampu menyediakan pangan yang cukup bagi masyarakat. walau disisi lain tidak dipungkiri beberapa harga pangan masih mengalami fluktuasi yang diakibatkan oleh fenomena alam yang berdampak pada produksi dan distribusi,” jelas Kementan dalam rilis tersebut.

Indikasi jaminan ketersediaan bahan pokok utama oleh pemerintah terlihat dari data BPS, stok beras di awal 2017 mencapai 1,74 juta ton dan Maret 2017 stok di Bulog telah mencapai 2 juta ton. Untuk jagung hingga februari 2017 produksinya mencapai 6,3 juta ton, jika dibandingkan dengan produksi januari-februari 2016 yang mencapai 3,2 juta ton, maka ini adalah pencapaian yang luar biasa. Di tahun yang sama 2016 Pemerintah mampu meraih produksi total jagung sebesar 22,5 juta ton lebih besar dari pencapaian di tahun 2015 sebesar 19,6 juta ton.

Cabai di beberapa sentra produksi pada Maret 2017 luas panen 35.611 Ha produksi mencapai 75.465 ton, sedangkan kebutuhan masyarakat sebesar 68.472 ton. Dengan capaian tersebut diperkirakan hingga Juni 2017 terjadi peningkatan yaitu panen seluas 42.767 ha dengan perkiraan produksi 84.133 ton, sedangkan kebutuhan di masyarakat sebesar 75.050 ton.

Sama halnya dengan komoditi bawang, tahun 2016 produksi bawang mampu mencapai 1,45 juta dan pada Januari-Februari 2017 produksi bawang mencapai 190 ribu ton. Pemerintah menargetkan selama tahun 2017 produksi bawang akan meningkat mencapai 1,68 juta ton.

Salah satu bahan pokok pangan yang juga jadi perhatian utama masyarakat yaitu daging. Mengantisipasi tingginya konsumsi masyarakat, pemerintah merekomendasi impor daging tahun 2017 sebesar 43.783 ton dari total 76.058 ton yang direkomendasikan sehingga perkiraan hingga juni 2017 stok daging tersedia sebesar 82.189 ton.

Terdiri dari stok di importir sebesar 14.665 ton, stok sapi di feedlot sebanyak 113.641 ekor atau setara 22.724 ton daging dan stok daging kerbau impor di Bulog sebesar 44.800 ton. Dari total stok tersebut, kebutuhan masyarakat adalah sebear 64.552 ton dan ini artinya ada ketersediaan stok sebesar 17.637 ton.

Ada beberapa langkah yang ditempuh Pemerintah sejak awal terkait pemenuhan ketersediaan pangan secara keseluruhan diantaranya, mulai dari penambahan luas tambah tanam dengan menerapkan pola intensifikasi yang dirasakan lebih murah, dari segi biaya dibandingkan dengan pola ekstensifikasi, konsep menanam di perbatasan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar dan remote area serta target untuk pasar ekspor.

Untuk pengembangan pertanian di perbatasan Pemerintah telah memulainya dengan target penanaman 50.000 Ha di Entikong, Kalimantan Barat, Belu di Nusa Tenggara Timur seluas 75.000 Ha, serta target penanaman seluas 100.000 ha di Pelalawan, Riau yang berbatasan langsung dengan Malaysia dan Singapura.

Selain itu Pemerintah juga menerapkan pola tanam per wilayah yang bertujuan daerah yang kurang akan mensuplay daerah yang defisit serta memberikan perlindungan kepada petani dalam bentuk asuransi tani atau dikenal dengan nama Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) yang bertujuan melindungi petani dari segi finansial sehingga petani tetap termotivasi untuk berproduksi.

Pemerintah juga menargetkan mendirikan Toko Tani Indonesia (TTI) sebanyak 4.000 unit selama kurun waktu tahun 2017. Ke­beradaan TTI diharapkan mampu menyediakan atau mennyuplai bahan pangan pokok kebutuhan masyarakat serta menstabilkan harga.

Bahkan pemerintah melalui kementerian pertanian telah melakukan sebuah terobosan brilian yaitu menjalin kerjasama dengan Go-Jek sebuah perusahaan jasa angkutan yang memanfaatkan teknologi untuk distribusi sehingga masyarakat saat ini bisa memesan langsung bahan pangan pokok, walaupun hanya sekilo cabai atau bawang dan dijamin akan sampai kerumah konsumen. Kerjasama ini sebagai bagian dari tujuan didirikannya TTI yaitu memperpendek mata rantai pemasaran sehingga konsumen mendapatkan harga yang wajar.

Dalam sidak ke pasar tradisional di 3 lokasi di wilayah Jakarta, yaitu pasar Senen, Pasar Rawamangun dan Pasar Beras Cipinang (PBC), Menteri Pertanian Amran Sulaeman sudah memastikan ketersediaan bahan pangan pokok jelang Hari Besar Keagamaan dan Nasiona) aman. “Saya pastikan beras, gula, daging dan telur ayam aman, untuk beras sampai persiapan ramadhan akan ada 2,5 juta ton,” kata dia.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dalam sidak bersama Amran Sulaeman di Pasar Beras Cipinang mengatakan stok pangan dan harga dipastikan aman. Bahkan untuk menjamin ketersedian pangan menjelang Hari Besar Keagamaan dan Nasional, Enggartiasto akan mendata distributor di seluruh provinsi.

“Kami akan mendata seluruh distributor pangan di seluruh provinsi dan kami juga mengharapkan kerjasama dari pemerintah daerah provinsi maupun kabupaten kota, dan jika distributor tidak melaporkan ketersediaan stok pangan, maka kami anggap telah melakukan perdagangan illegal, izinnya sebagai distributor akan kami cabut,”tegasnya.

Dapat dipastikan dengan sinerginya kerjasama antar kementerian dan lembaga terkait, keberadaan stok pangan nasional akan cukup jelang Ramadan dan Idul Fitri di tengah tingginya konsumsi masyarakat pada bulan-bulan tersebut.

(ant/dtf)

Close Ads X
Close Ads X