Sektor Pertanian Hadapi Tantangan Mea

Jakarta| Jurnal Asia
Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon menilai tahun 2016 menjadi tahun penuh tantangan bagi Indonesia terutama di sektor pertanian setelah diberlakukannya masyarakat ekonomi Asean (MEA) mulai 1 Januari. Menurut Fadli Zon, di sisi lain produk pertanian Indonesia jika kualitasnya rendah maka tidak laku di pasar negara-negara tetangga.

“Dalam penerapan MEA, prinsipnya adalah daya saing. Indonesia yang memiliki lahan pertanian luas, jika tidak dapat meningkatkan kualitas hasil pertaniannya, maka akan menjadi pasar bagi produk pertanian dari negara-negara tetangga,” kata Fadli Zon di Gedung MPR/DPR/DPD RI Jakarta, Senin (4/1).

Wakil Ketua Umum Partai Gerin­dra ini mengingatkan, ada tiga hal yang perlu diperhatian Pemerintah Indonesia pada sektor pertanian. Pertama, aturan perundangan yang pro-pertanian baik di tingkat pusat maupun daerah. Kedua, infrastruktur pertanian di sentra produksi maupun infrastruktur jalan raya yang menjadi sarana distribusi hasil pertanian. Ketiga, program pembinaan terhadap petani maupun industri kecil di sektor pertanian. “Tantangan lainnya adalah perubahan iklim,” katanya.

Turun
Terpisah, Badan Pusat Sta­tistik mencatat nilai tukar petani nasional menurun 0,11 persen pada Desember 2015 dari No­vember yang mencapai 102,95 menjadi 102,83. “NTP sedikit mengalami penu­runan pada Desember 2015, jika dilihat dari subsektor pada tanaman pangan karena kenaikan indeks harga,” kata Kepala BPS Suryamin dalam jumpa pers di Jakarta, Senin.

Suryamin mengatakan penu­runan NTP tersebut dikarenakan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) mengalami kenaikan sebesar 0,77 persen yang lebih kecil jika dibandingkan dengan kenaikan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) yakni sebesar 0,89 persen.

NTP diperoleh dari per­ban­dingan It dengan Ib, dan merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di pedesaan. Selain itu, NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang di­kon­­sumsi maupun biaya produksi.

Pada Desember 2015, se­cara nasional It naik sebesar 0,77 persen jika dibandingkan No­vember, dari sebelumnya 123,91 menjadi 124,87. Kenaikan ter­sebut disebabkan oleh naiknya It diseluruh subsektor seperti tanaman pangan 0,79 persen, tanaman hortikultura sebesaar 1,16 persen dan tanaman perkebunan rakyat 0,98 persen.

Sementara untuk Ib, pada Desember 2015 naik 0,89 persen dari sebelumnya 120,36 menjadi 121,43 dan juga disebabkan kenaikan seluruh subsektor yakni tanaman pangan sebesar 0,98 persen, tanaman hortikultura 0,90 persen, tanaman perkebunan rakyat 0,87 persen, peternakan 0,80 persen dan perikanan sebesar 0,79 persen.

Suryamin menjelaskan, penu­runan NTP Desember 2015 dipengaruhi oleh turunnya NTP pada tiga subsektor yakni sub­sek­tor tanaman pangan yang turun sebesar 0,18 persen, subsektor peternakan sebesar 0,52 persen dan subsektor perikanan sebesar 0,13 persen.“Sementara subsektor yang me­nga­lami kenaikan adalah su­bsektor hortikultura sebesar 0,25 persen, dan subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,11 persen,” kata Suryamin.
(ant)

Close Ads X
Close Ads X