Pupuk Palsu Beredar Luas | Jaringan Hingga ke Aceh

Direktur Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Bareskrim Polri Brigjen Pol Agung Setya (kedua kanan) didampingi Direktur Pupuk dan Pestisida Kementerian Pertanian Muhrizal (kanan) menyampaikan keterangan pers saat gelar barang bukti penangkapan kejahatan pembuatan dan peredaran pupuk palsu di Bareskrim Polri, Jakarta, Jumat (24/2). Bareskrim Polri menangkap tiga orang tersangka dan mengamankan 110.25 ton pupuk palsu di Sukabumi. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/ama/17

Jakarta – Jaringan dan distribusi pupuk palsu dibongkar tim Dit Tipideksus Bareskrim Mabes Polri. Dari hasil penyelidikan terungkap, bahwa penjualan penyubur tanaman ini sudah tersebar luas bahkan hingga ke Sumatera khususnya Aceh.

“Petani keluhkan beli pupuk dan enggak ada efeknya. (Kita selidiki) dari Sumatera, Jawa, dan mengerucut ke Majalengka itu. Mereka membuat dan menyebarkan (pupuk) dengan motif ekonomi, penyebarannya bahkan sudah sampai ke Aceh,”,” kata Dit Tipideksus Bareskrim Brigjen Agung Setya di Bareskrim, Jumat (24/2).

Yang menderita itu umumnya adalah para petani sawit. Polisi akan terus bekerja untuk mengungkap sindikat kasus ini termasuk menemui para petani di lokasi yang informasinya menggunakan pupuk abal-abal ini.

Sementara itu, Direktur pupuk dan pestisida Kementerian Pertanian Mohammad Rizal Sarwani menambahkan saat musim tanam seperti ini pupuk sangat dibutuhkan.

“ Pupuk supsidi itu Rp 2.300 per kgnya. Kalau pupuk palsu produksi dengan Rp1000 rupiah saja (dan dijual seharga pupuk subsidi asli) keuntungan berlipat. Kalau perbulan distribusikan 300 ton, kira-kita sudah dapat Rp300 juta sebulan dan Rp3,6 miliar/tahun,” tambah Rizal di Bareskrim.

Padahal kalau diaplikasikan pada tanaman, pupuk ini tidak punya efek apa-apa. Bahkan kalau biasanya dapat 5 ton perhektar, loss oportunity akibat penggunaan pupuk palsu ini bisa 2-3 ton gabah perhektar.

“Jika (gabah) Rp 3/kg, maka per hektar bisa kehilangan Rp 6 juta sampai 9 juta. Hingga total loss oportunity petani dalam setahun bisa mencapai Rp 6 miliar karena pupuk palsu,” sambungnya.

Lalu bagaimana membedakan pupuk palsu dengan yang asli?
“Susah sekali membedakannya karena sama bentuknya. Hanya bisa dicek dilaboratorium. Baunya cenderung tidak ada (bedanya),” jawab Rizal.

Tapi ada cara lain yang agak rumit. Yakni mengecek nomor pendaftaran yang dikarung dengan sistem informasi pupuk. Jika ini dilakukan petani maka keluarlah hasil jika pupuk itu palsu.

“Nomor pendaftaran pupuk bisa di SMS kan (pada petugas lapangan) dan akan dicek melalui sistem informasi. Petani juga harusnya beli pupuk masuk ke kios resmi yang ada 35 ribu kios,” tambahnya.

Cara yang lain adalah melalui situs www.pertanian.go.id dimana disana ada sistem informasi pilihan pupuk dan dengan mengetikkan nomor pendaftaran. Melalui cara ini pupuk palsu pasti dapat terdeteksi.

Khusus untuk petani sawit biasanya yang menerima pupuk subsidi adalah petani dengan garapan kurang dari dua hektar. Namun yang biasa dipalsukan adalah yang non subsidi. (ant/cnn)

Close Ads X
Close Ads X