Proyeksi Kenaikan Ekspor Tekan Harga Robusta

Seorang buruh memetik biji kopi di perkebunan rakyak Kalipuro, Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu (10/8). Memasuki masa musim panen, harga kopi jenis robusta ditingkat petani tergolong stabil berkisar Rp22.000 per kilogram. ANTARA FOTO/Budi Candra Setya/foc/16.

Jakarta – Harga kopi robusta men­dapat sentimen positif dari proyeksi berkurangnya hasil panen di sejumlah wilayah Asia Tenggara akibat kendala cua­ca. Meskipun demikian, dalam waktu dekat harga tertekan oleh prospek kenaikan ekspor Vietnam sebagai produsen terbesar di dunia.

Pada perdagangan Senin (13/2) pukul 18:00 WIB di bursa Liffe London, harga kopi robusta kontrak Maret 2017 turun 0,66% atau 14 poin menjadi US$2.114 per ton. ini menunjukkan penurunan 1,17% sepanjang tahun ber­jalan. Pada 2016, harga berhasil tumbuh 29,81%.

Perusahaan riset Hightower Report dalam publikasinya menyampaikan, tahun lalu cuaca kering yang me­landa Brasil dan Vietnam me­ngurangi proyeksi produksi dan mendongkrak harga kopi. Masing-masing negara me­rupakan pemasok arabika dan robusta terbesar di dunia.

Kini dalam waktu dekat, cuaca hujan melanda sejumlah wilayah di Asia Tenggara kem­bali merusak prospek jumlah pasokan, sehingga harga te­rangkat. Namun, setelah li­bur tahun baru Imlek pada awal Februari 2017, ada ke­mungkinan terjadi lonjakan ekspor dan pemasaran dalam sebulan ke depan dari Viet­nam.

“Pergeseran cuaca basah sejak Desember 2016 mem­perparah masalah produksi, terutama dari Vietnam. Na­mun, setelah libur Imlek pen­jualan dipacu,” papar riset yang dikutip, Senin (13/2).

Dengan adanya hamba­tan cuaca, para pejabat di Vietnam’s Coffee and Cocoa Association (Vicofa) memprediksi ekspor kopi pada 2017 hanya mencapai 1,3 juta ton atau sekitar 21,67 juta kantong. Angka ini turun 20%-30% year on year/yoy dari tahun sebelumnya. Adapun perhitungan satu kantong setara dengan 60 kilogram.
(bc)

Close Ads X
Close Ads X