Petani Tembakau Resah dengan Isu Harga Rokok

Pekerja mensortir daun tembakau di sentra tembakau Pakis Taji, Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa (23/8). Petani tembakau di daerah tersebut berharap adanya wacana kenaikan harga rokok yang mencapai Rp50 ribu per bungkus juga diikuti kenaikan harga jual tembakau yang saat ini seharga Rp20 ribu per kilogram. ANTARA FOTO/ Budi Candra Setya/aww/16.
Pekerja mensortir daun tembakau di sentra tembakau Pakis Taji, Banyuwangi, Jawa Timur, Selasa (23/8). Petani tembakau di daerah tersebut berharap adanya wacana kenaikan harga rokok yang mencapai Rp50 ribu per bungkus juga diikuti kenaikan harga jual tembakau yang saat ini seharga Rp20 ribu per kilogram. ANTARA FOTO/ Budi Candra Setya/aww/16.

Jakarta – Isu kenaikan harga rokok saat ini tengah santer terdengar di kalangan publik. Sebelumnya, kenaikan tarif cukai rokok pada tahun 2017 disebut akan menyebabkan harga rokok naik hingga Rp50 ribu. Ketua Umum Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia, Budidoyo mengatakan wacana tersebut tidak realistis. Bahkan isu rokok tersebut membuat petani dan buruh resah. Lebih dari itu, harga saham perusahaan rokok juga ikut tergerus.

Sebut saja saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) yang terus melemah sejak Senin 22 Agustus 2016. “Dampaknya luas petani pekerja resah malah kemarin saham perusahaan rokok terkoreksi karena harga itu (rokok),” kata dia di Jakarta, Selasa (23/8).

Disebutkannya, isu kenaikan rokok ini membuat buruh takut. Para buruh khawatir kalau perusahaan rokok melakukan PHK. Pasalnya, Budidoyo menyebut ada 6 juta pekerja yang bersentuhan langsung dengan tembakau. “Kalangan petani pekerja takut di PHK tapi alhamdulillah beberapa hari ini Ibu Sri Mulyani sudah beri statemen paling enggak sampai 2017 tidak akan naik,” tambahnya.

Menurutnya, yang terpenting adalah memberikan edukasi dan sosialisasi mengenai bahaya merokok. Sehingga pengetahuan generasi muda mengenai rokok bisa bertambah. “Merokok itu pilihan, dikendalikan boleh tapi jangan dilarang,” tukas dia.

Selain itu, Rencana kenaikan harga rokok memicu anjloknya harga cengkih. Petani cengkih di Pandeglang, Banten, mengaku merugi dan terancam tidak mampu lagi menutupi biaya operasional. Belakangan ini, marak isu harga rokok akan mengalami kenaikan menjadi sekira Rp50.000 per bungkus.

Tingginya harga rokok tersebut justru memberi dampak negatif bagi para petani cengkih. Cengkih merupakan salah satu sumber penghasilan daerah di beberapa kecamatan. Perkebunan cengkeh di Pandeglang dikelola oleh perkebunan rakyat.

Salah satu lokasi perkebunan cengkih di Kampung Mesjid, Desa Kadu Enggang, Kecamatan Cadasari, Pandeglang, Banten ini misalnya, sejak sepekan terakhir harga cengkih anjlok hingga mencapai 30 persen. Cengkih kering biasanya di jual seharga Rp100 ribu per kilogram (kg), kini hanya berkisar Rp87 ribu per kg. Begitu juga harga cengkih basah menjadi Rp25 ribu per kg, padahal sebelumnya dijual seharga Rp35 ribu-Rp40 ribu.

Turunnya harga cengkih membuat para petani tak mampu menutupi biaya operasional, apalagi tanaman cengkih hanya bisa dipanen satu tahun sekali saja. Para petani menanami cengkeh di lereng Pegunungan Gunung Karang, dengen kemiringan lebih dari 70 derajat.

Di ketinggian di atas 3.000 meter di atas permukaan laut, sulitnya medan, besarnya resiko pemanenan bunga cengkeh dan ditambah lagi turunnya harga membuat para petani terancam akan meninggalkan komoditas ini, dan berpindah para komoditas pertanian lainnya.

“Harga cengkih hancur pak,” tutur salah satu petani cengkih, Rohim. Menurut para petani cengkih, sebagian masyarakat di Pandeglang, Banten menanami hutan dengan tanaman cengkih. Selain bagus untuk reboisasi, tanaman cengkih juga bisa diambil manfaatnya. Warga khawatir jika cengkih tidak ada lagi harganya, para petani justru akan menebang pohon cengkih untuk diambil batangnya dan akhirnya hutan kembali gundul. Warga berharap agar pemerintah mengkaji ulang rencana kenaikan harga cukai rokok tersebut agar harga cengkeh kembali normal.

-Diikuti Kenaikan Harga Tembakau
Senada dengan isu tersebut, tidak akan mempengaruhi harga jual tembakau di tingkat petani. Mahalnya biaya produksi tidak sebanding dengan harga jual. Saat ini, para petani berharap bila harga rokok naik, harga jual tembakau pun juga bisa ikut naik. Petani tembakau Mole di Kampung Warung Petey, Desa Sukaraja, Kecamatan Banyuresmi mengatakan, isu kenaikan harga rokok tidak akan mempengaruhi harga jual tembakau di tingkat petani.

Dirinya menambahkan, Harga tembakau Mole kering di tingkat petani saat ini mencapai Rp25.000 per kilogram (kg), harga jual saat ini tidak sebanding dengan biaya tanam dan pemeliharaan karena harga obat dan pupuk di pasaran sangat mahal.

“Kabar kenaikan harga tembakau santer belakangan di kalangan warga paska pemerintah akan menaikan pendapatan negara di bidang cukai,” ujarnya. Menurut seorang petani tembakau, bila memang betul pemerintah menaikan harga rokok di pasaran, dirinya berharap harga tembakau di tingkat petani pun juga ikut naik agar harga jual sebanding dengan biaya produksi. (oz)

Close Ads X
Close Ads X