Petani Tembakau Hindari Permainan Harga Tengkulak

Jombang – Harga jual tembakau pada musim panen kali ini anjlok dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun ini, harga tembakau basah hanya mencapai Rp 2.500 per kilogram (kg). Padahal, pada musim panen tahun 2015 lalu harganya mencapai Rp 5.000 per kg.

Hal ini dipengaruhi oleh permainan harga dari para tengkulak. Menurunnya kualitas daun tembakau akibat buruknya cuaca akhir-akhir ini, menjadi alasan para tengkulak membeli tembakau petani dengan harga murah.

Namun, para petani di Kabupaten Jombang, Jawa Timur memiliki kiat tersendiri untuk mengatasi hal itu. Yakni dengan mengadopsi sistem tumpang sari. “Selain menanam tembakau, petani di daerah ini juga menanam cabai. Ini untuk mengantisipasi harga tembakau apabila turun seperti ini. Jika tidak, kerugian petani bisa lebih banyak,” ungkap petani asal Jombang, Supar (45), Minggu (25/9).

Menurutnya, sistem tanam tumpang sari hingga saat ini tergolong masih efektif. Namun, para petani harus pandai-pandai memilih tanaman agar tak mengganggu tanaman tembakau. Mereka memilih menanam cabai karena tidak merusak tembakau. “Nanti kalau cabainya panen, itu yang kita jual terlebih dahulu, sambil menunggu harga tembakau naik.

Tapi biasanya tidak bisa bertahan lama. Maksimal satu bulan, setelah itu baru kita jual tembakaunya,” tambah Supar. Selain permainan harga oleh tengkulak, musuh petani tembakau lainnya adalah hama ulat daun. Hama ini kerap menyerang jelang panen. Akibatnya, daun tembakau yang mulai menua menjadi berlubang. Dan itu mempengaruhi harga jual tanaman yang sering disebut emas hijau itu.

“Kalau daunnya berlubang, kualitas tembakau juga tidak bagus. Harganya juga jatuh. Biasanya itu yang juga dijadikan alasan tengkulak untuk menurunkan harga,” sambung petani lainnya, Karlan (50). Karlan berharap, ada upaya dari pemerintah untuk melindungi para petani tembakau di Kabupaten Jombang. Utamanya, dari permainan harga yang dilakukan oleh para tengkulak. Jika tidak, banyak petani tembakau yang menjual lahannya dan berhenti menjadi petani.

“Kalau rugi terus, bukan tidak mungkin jumlah petani akan semakin berkurang. Kami sangat mengharapkan perlindungan dari pemerintah agar harga tembakau ini tidak terus dimainkan oleh para tengkulak. Apalagi tanaman tembakau kami ini, sebenarnya memiliki kualitas yang sangat bagus,” pungkasnya.
(oz)

Close Ads X
Close Ads X