Petani Bisa Untung Rp52 T Via Resi Gudang Online

Petani bercoccok tanam sayuran di kawasan Pramuka, Jakarta, Senin (5/12). Pengamat pertanian menilai penyaluran subsidi hingga 87,5 persen belum tepat sasaran, masih diperlukan pendistribusian menggunakan kartu tani agar lebih efektif dan tepat sasaran. ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah/kye/16
Petani bercoccok tanam sayuran di kawasan Pramuka, Jakarta, Senin (5/12). Pengamat pertanian menilai penyaluran subsidi hingga 87,5 persen belum tepat sasaran, masih diperlukan pendistribusian menggunakan kartu tani agar lebih efektif dan tepat sasaran. ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah/kye/16

Jakarta – Guna memangkas rantai pasok terlalu panjang yang selama ini dianggap jadi biang tingginya bahan pangan, pemerintah kembali menghidupkan Sistem Resi Gudang (SRI). Resi ini kemudian diintegrasikan dengan perdagangan online lewat Pasar Lelang Komoditas (PLK).

Menteri Pertanian (Mentan), Amran Sulaiman, mengungkapkan penggunaan resi gudang integrasi lelang online ini bisa membuat petani bisa menjual langsung tanpa perantara atau tengkulak, ke pembeli dengan harga penawaran tertinggi sebagaimana lelang pada umumnya.

“Resi gudang ini kami sudah hitung nasional, dari tambahan margin keuntungan petani Rp660 per kilogram seluruh Indonesia, dikalikan 79 juta ton (produksi gabah), ada Rp 52 triliun keuntungan petani,” kata Amran saat peresmian Integrasi SRG dan PLK di Pendopo Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (5/12).

Menurutnya, resi gudang bisa jadi jalan tengah atas kurangnya kesejahteraan petani gabah, meski harga beras terbilang cukup tinggi. “Kalau harga beras naik, tensi darah saya yang naik. Memang selalu ada dilema di masalah pertanian, tapi nggak bisa sejahtera, tapi harga harus stabil, jangan naik tinggi-tinggi maksudnya. Ini kan jadi dilema,” ujar Amran.

Perlu diketahui, resi gudang sendiri merupakan sarana membantu petani untuk bisa menekan kerugian saat harga komoditas yang diproduksinya turun, dengan terlebih dahulu menjaminkan produknya ke resi gudang. Dari penjaminan itu petani akan mendapatkan surat berharga atau resi jaminan yang bisa diagunkan untuk mendapatkan kredit bank.

Caranya Mudah
Agar petani tak lagi terlalu bergantung pada tengkulak, pemerintah mencoba menghidupkan kembali Sistem Resi Gudang (SRG). Kali ini, resi gudang diintegrasikan dengan Pasar Lelang Komoditas (PLK), sehingga bisa diperjualbelikan lewat lelang online.

Dalam resi gudang gudang dengan lelang online, pemerintah menunjuk PT Pos Indonesia menjadi perusahaan pengelola PLK dari resi gudang yang tersebar di sejumlah daerah. Namun saat ini, lelang online baru diaplikasikan di Jawa Barat.

Sekretaris Perusahaan PT Pos Indonesia, Amrizal, mengatakan petani yang ingin memanfaatkan fasilitas resi gudang tinggal mendatangi gudang-gudang yang ditunjuk menjadi resi gudang.
“Syaratnya petani gabung dulu di Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani). Kemudian satu Gapoktan kumpulkan semua hasil panen gabah anggotanya. Nanti silakan dibawa ke gudang resi,” kata Amrizal.

Menurut dia, petani tak perlu membawa perlengkapan dokumen. Namun pihak pengelola resi gudang mensyaratkan tingkat kekeringan tertentu pada gabah yang disetor petani. Selain itu, tak ada biaya yang dikenakan kecuali tarif penyimpanan.

“Nanti kita uji dulu kualitasnya, kadar kekeringan gabah bisa ditanya ke masing-masing pengelola. Selain gabah, beras juga bisa, jagung dan kakao juga bisa. Tidak ada batas minimal, 1-2 ton pun silakan. Setelah masuk gudang, baru kita terbitkan resi. Resi ini yang dipakai sebagai bukti kepemilikan yang bisa diagunkan ke bank,” jelas Amrizal.

Untuk biaya penyimpanan, setiap pengelola resi gudang punya tarif masing-masing. PT Pos Indonesia sendiri memberlakukan biaya penyimpanan sebesar Rp 75 per kilogram per 6 bulan.
“Kalau PT Pos sudah punya gudang resi di Jawa Barat ada di Banjar, Ciamis, dan Tasikmalaya. Proses resi gudang bisa selesai cepat, nggak sampai sehari,” ujar Amrizal.

Selama disimpan di gudang, sambungnya, komoditas petani tersebut juga menjadi tanggung jawab dari pengelola resi. Petani bisa mengeluarkan hasil panennya kapan saja saat waktu yang tepat untuk dijual.

“Kalau ternyata gabahnya belum memenuhi standar tingkat kekeringan, kami juga ada sediakan alat pengeringan. Ada biaya tambahan tentunya. Resi gudang ini kan sifatnya untuk untuk menunda penjualan. Saat harga jatuh, bisa ditahan dulu,” ungkapnya.

Meski biaya penyimpanannya tergolong murah, menurut Amrizal, bisnis resi gudang bisa meningkatkan jasa logistik lainnya yang disediakan PT Pos Indonesia. “Fokus kita kan di pengiriman barang, artinya dengan adanya resi gudang ini, petani juga bisa pakai jasa kita dalam pengiriman hasil panennya. Sementara kalau mau dijual lewat lelang online, kita juga sudah sedikana sistemnya. Benar-benar memudahkan petani,” ucap Amrizal.

Perlu diketahui, resi gudang sendiri merupakan sarana membantu petani untuk bisa menekan kerugian saat harga komoditas yang diproduksinya turun, dengan terlebih dahulu menjaminkan produknya ke resi gudang. Dari penjaminan itu petani akan mendapatkan surat berharga atau resi jaminan yang bisa diagunkan untuk mendapatkan kredit bank.

Selain itu, resi yang diterima dari pengelola gudang juga bisa dipakai petani untuk menjual hasil panennya lewat lelang online di sistem PLK PT Pos Indonesia. Selain gudang yang dikelola PT Pos Indonesia, beberapa resi gudang yang dikelola pihak lain di Jawa Barat antara lain di Majalengka, Indramayu, Cianjur, Subang, dan Bogor.
(dtf)

Close Ads X
Close Ads X