Penuhi Kebutuhan Ramadhan Kemendag Buka Keran Impor Daging

Pekerja mengangkat kardus berisikan daging beku impor saat operasi pasar daging sapi murah yang dilakukan Importir daging PT. Impexindo Pratama di Jakarta, Selasa (21/6). Kementerian Perdagangan menugaskan sejumlah importir daging sapi swasta untuk melakukan operasi pasar daging sapi murah ke pasar-pasar untuk menekan harga daging di pasaran. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/foc/16.

Jakarta – Bulan Ramadan semakin mendekat. Pemerintah bersiap memenuhi kebutuhan dengan membuka keran impor. Kementerian Perdagangan memutuskan masih tetap akan membuka keran impor untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yang dapat naik dua hingga tiga kali lipat di sepanjang Ramadan.

“Dari hitung-hitungan masih ada kekurangan. Gula konsumsi pasti impor, daging pasti im­por,” ujar Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita di Kan­tor Kementerian Perdagangan Jakarta pada Rabu (22/3).

Ia mengatakan daging dan gula konsumsi masih perlu diimpor karena ketersediaan dalam negeri memang belum dapat memenuhi kebutuhan yang ada. “Kita bermashab anti-impor sangat keras. Tapi, faktanya untuk penuhi konsumsi ketersediaan lokal kita tidak cukup,” ucapnya.

Perhitungan Kemendag untuk ketersediaan daging lokal pada Juni saja ada sekitar 38.912 ton dengan kebutuhan 60.019 ton. Sedangkan gula konsumsi, kebutuhan selama setahun ada sekitar 3,3 juta ton, tapi ke­tersediaan lokal hanya 2,2 juta ton per tahun. “Kita akan mulai datangkan gula dari Australia, supaya tidak hanya dari Thailand saja. Harganya juga sudah sama,” sebutnya.

Terlebih dahulu, pihaknya akan memastikan volume impor yang dibutuhkan importir agar tidak akan ada kelebihan gula impor yang dapat dimainkan harganya oleh oknum tertentu.

Sementara ini, harga eceran tertinggi untuk gula kristal putih di pasaran ditetap­kan Kemendag seharga Rp12.500 per kilogram. Sedangkan, har­ga eceran daging beku dari berbagai negara, seperti Australia, Spanyol, Brasil, saat ini berada di kisaran Rp80 ribu per kg dan daging segar Rp115 ribu per kg.

Di sisi lain untuk komoditas beras, terdapat kelebihan ke­tersediaan di sejumlah wilayah, seperti Jawa Timur, Jawa Barat, dan Sulawesi Selatan.

Meski ada wilayah yang me­ngalami kekurangan stok beras, seperti di wilayah Sumatera Barat, hal itu masih dapat tera­ta­si dengan mendistribusikan barang dari daerah basis pro­duk­si ke daerah yang kekura­ngan produksi. “Beras itu pasti kita enggak impor,” ujarnya.

(vv)

Close Ads X
Close Ads X