Jakarta – Dari target penyerapan gabah 4 juta ton hingga Agustus, pada periode Januari – 25 Maret 2017 Bulog baru menyerap 754.330 ton gabah atau 377.165 ton setara beras meningkat 420% dibandingkan periode yang sama tahun 2016.
Untuk mencapai target penyerapan 4 juta ton gabah hingga Agustus nanti, Menteri Pertanian Amran Sulaiman meningkatkan target penyerapan gabah menjadi 30.000 ton per hari dibandingkan saat ini baru sekitar 18.000-20.000 ton seluruh Indonesia.
“Kan targetnya 6 bulan. Ini kita harus angkat targetnya naik 30.000 ton per hari. Kalau ini bisa capai 30.000 ton minimal 25.000 ton per hari ya harus bergerak di situ,” ujar Amran, di kantornya, Jakarta Selatan, Minggu (26/3).
Ia optimis target penyerapan hingga 4 juta ton hingga Agustus bisa tercapai karena telah ada Permentan yang mengatur gabah dengan kadar air tinggi 26-30% agar tetap dibeli dengan harga Rp3.700/kg.
“Kami jamin karena ada Permentan baru. arahan presiden, kadar air 25% di
beli Rp 3.700/kg, dulu hanya dibeli Rp2.500-2.900/kg, sekarang kita langsung bergerak cepat,” ungkapnya.
Ia mengatakan, untuk target serap gabah periode Maret sampai Agustus 2017 sebesar 5,46 juta ton setara beras dan sekitar 70% diserap periode Maret-Mei 2017. Hal itu dilakukan untuk melanjutkan Tim Serap Gabah Petani (Tim SERGAP) bekerjasama dengan mengoptimalkan 50.000 penyuluh pertanian lapangan (PPL) dan babinsa/TNI.
Selamatkan Petani
Harga gabah di sejumlah sentra produksi beras anjlok akibat kualitasnya rendah yang terlihat dari tingginya kandungan air pada gabah. Untuk menyelamatkan petani, Menteri Pertanian meminta Bulog untuk menyerap gabah ditingkat petani dengan harga sesuai HPP (Harga Pembelian Pemerintah) Rp3.700/kg.
Namun masalah tak lantas tuntas, karena beras berkualitas rendah tersebut rentan mengalami kerusakan saat disimpan. Dari bau apek, berjamur, hingga mudah hancur pada saat penggilingan. Mengatasi masalah ini, Amran mengaku punya cara.
“Kendala pasti, termasuk dalam serap gabah ini hujan tinggi kadar air tinggi. Kemudian kita akan tambah dryer (pengering) kalau itu,” ujar Amran.
Proses pengeringan, kata Amran, harus diambil alih oleh pemerintah karena bila dilimpahkan ke petani maka beban yang harus mereka tanggung menjadi besar.
“Kita yang melakukan pengeringan. Kita yang punya inisiatif, jangan petani bergerak sendiri. Setelah beli kita keringkan. Kalau tidak dikeringkan, ini (gabah) akan rusak,” sambung dia.
Amran tak merinci detil dari mana mesin pengering tambahan akan didatangkan, berapa jumlahnya dan berapa anggaran yang disiapkan. Namun Amran menjelaskan, bahwa pihaknya akan melakukan sinergi dengan sejumlah instansi pemerintah untuk melakukan pengadaan mesin pengering gabah tambahan.
“Ini kita berjalan. Jadi BUMN dan Kemendag, Kemendes PDT bersinergi untuk dryer ke depan,” tandas dia.
Sekedar informasi, dengan tingginya curah hujan, gabah yang dipanen pada musim ini memiliki kandungan air yang tinggi mencapai 26-30%. Padahal kadar air idel pada gabah adalah sekitar 14% untuk menjamin kulitas beras yang dihasilkan juga bermutu tinggi.
(ant)