Jakarta – Musim hujan yang terjadi terus menerus ternyata berimbas buruk bagi petani tembakau lokal. Terbukti dengan produksi tembakau lokal yang turun selama tahun 2016 dan diperkirakan tahun 2017, impor tembakau akan naik drastis karena tidak bisa ditutupi oleh tembakau tahun lalu.
Ketua Umum Asosiasi Petani Tembakau Indonesia Soesono mengaku, jika pada 2017 produksi tembakau tidak bisa diprediksi. Penanam tembakau sendiri hanya bisa dilakukan setahun sekali pada saat musim kemarau sekitar Mei-Juni.
“Produksi menurun karena musim hujan di 2016 kemarin. Tahun ini karena ada kenaikan pajak rokok sebesar 91% saya rasa dampaknya semakin buruk. Bisa diperkirakan impor naik 60%,” ungkapnya di Jakarta, Rabu (18/1).
Menurutnya, selain kenaikan pajak rokok, wacana larangan iklan rokok di TV juga membuat petani tembakau akan semakin terpuruk. Tapi ia mengakui jika sampai sekarang kebutuhan untuk tembakau kering masih terserap walaupun kurang.
“Kalau nanti permintaan rokok turun maka penyerapan tembakau pun turun. Sampai sekarang masih terserap tapi masih kurang. Per tahun kita produksi sekitar 163.000 ton dan paling tinggi 200.000 ton, sedangkan kebutuhan 300.000 ton jadi sisanya kita harus impor,” jelasnya.
Perkiraan impor naik juga dilihat dari bagaimana langkah industri rokok. Jika industri rokok tetap memproduksi kebutuhan rokok masyarakat maka kenaikan impor bisa melebihi 60%.
“Hasil tembakau lokal kita hanya mampu memenuhi paling besar 40% dari kebutuhan industri. Sehingga impor bisa naik lebih dari 60% jika kebutuhan rokok masyarakat tetap dipenuhi,” jelasnya. (oz)