Miris…. Anggrek pun Diimpor dari Thailand

Petani merawat bunga anggrek yang ditanam di kawasan Ragunan, Jakarta, Jumat (3/2). Anggrek-anggrek tersebut ditawarkan dengan harga bervariasi mulai dari Rp25.000 hingga Rp75.000 per tanaman. ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/kye/17.

Jakarta – Di Indonesia tumbuh aneka ragam anggrek. Namun nyatanya Indonesia masih impor tanaman hias tersebut dari Thailand. Dari pantauan wartawan di Pasar Bunga Rawa Belong, Jakarta Barat, beberapa pe­dagang bunga hias, banyak menjual anggrek asal negeri Gajah Putih tersebut.

Anggrek impor Thailand itu adalah jenis dendrobium sonia yang memiliki warna ungu di bagian kembangnya. Selain jenis itu, jenis anggrek putih dari Thailand juga tersedia. Aneka anggrek impor itu banyak digantung dan dibungkus meng­gunakan plastik.

Berbeda dengan anggrek impor, anggrek lokal yang juga berjenis sama tidak digantung dan dibungkus plastik. Walau memiliki jenis yang sama, namun ada perbedaan yang bisa terlihat dari anggrek lokal dengan ang­grek impor.

Anggrek impor berjenis den­drobium sonia dan putih, memiliki ukuran yang lebih besar, terutama di bagian kelopak. Kelopak-kelopak anggrek impor dari dua jenis itu, lebih lebar dibanding anggrek lokal.

Selain itu, batang anggrek impor pun tampak lebih panjang dan lebih besar dibanding ang­grek lokal. Namun, tampilan anggrek lokal dan anggrek impor sama persis. Hanya berbeda dari sisi ukuran saja.

“Memang kalau anggrek im­por itu lebih besar dari pada anggrek lokal, walau pun je­nisnya sama,” ungkap salah seorang pedagang anggrek Pasar Bunga Rawa Belong, Jeni, saat dijumpai di lokasi, Jakarta, Selasa (21/3).

Selain perbedaan bentuk dan ukuran, menurut pedagang, anggrek impor dinilai lebih tahan lama dibanding anggrek lokal. Anggrek impor kuat bertahan hinga lebih dari satu minggu, dan tetap segar.

Sedangkan, anggrek lokal hanya bisa bertahan maksimal selama satu minggu saja.

“Kalau impor kuat 1 minggu lebih, kalau dijaga bisa sampai 10 hari. Kalau lokal satu minggu paling maksimal,” kata Jeni.

Namun demikian, Jeni me­nga­takan, baik anggrek lokal mau pun anggrek impor sama-sama diminati masyarakat. Tergan­tung dari masyarakat sendiri yang membeli anggrek tersebut untuk digunakan se­bagai apa.

Biasanya, untuk yang di impor dari Thailand itu banyak dibeli pada saat acara-acara tertentu, seperti untuk acara pernikahan atau acara seru­pa lainnya. Sedangkan untuk anggrek lokal dengan jenis serupa, kata Jeni, biasanya dibeli masyarakat untuk hiasan pribadi rumah tangga.

“Jadi kalau untuk acara-acara seperti pernikahan biasanya banyak yang pakai dari impor, karena ukurannya lebih besar. Kalau yang lokal, biasanya untuk di pakai sendiri. Misalnya ditaruh di meja makan, untuk hiasan rumah lah. Karena ukurannya yang tidak terlalu besar. Semua laris-laris saja, tergantung pe­makaian untuk apa,” kata Jeni.

(dtf)

Close Ads X
Close Ads X