Jalur Tol Laut Jakarta-Natuna Penting untuk Perikanan

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi (kanan) berbincang dengan Dirut Pelni Elfin Goentoro (kedua kanan), Dirut RNI Didik Prasetyo (kedua kiri),  Dirut Rajawali Nusindo Sutiyono (kiri) saat melepas keberangkatan perdana kapal Tol Laut Logistik Natuna di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (25/10).  Kapal tol laut tersebut akan beroperasi secara terjadwal untuk melayani kebutuhan logistik di pulau Natuna. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/ama/16
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi (kanan) berbincang dengan Dirut Pelni Elfin Goentoro (kedua kanan), Dirut RNI Didik Prasetyo (kedua kiri), Dirut Rajawali Nusindo Sutiyono (kiri) saat melepas keberangkatan perdana kapal Tol Laut Logistik Natuna di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (25/10). Kapal tol laut tersebut akan beroperasi secara terjadwal untuk melayani kebutuhan logistik di pulau Natuna. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/ama/16

Jakarta – Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melakukan peninjauan dan pelepasan kapal tol laut logistik tujuan Natuna, yaitu kapal KM Caraka Jaya Niaga III-4, yang berangkat dari Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Kapal logistik tersebut, me­rupakan bagian dari program tol laut yang dicanangkan Presiden Joko Widodo, dan akan beroperasi secara berjadwal untuk melayani kebutuhan logistik di pulau Natuna, sekaligus mengirimkan hasil perikanan ke Jakarta.

“Dengan pengiriman barang ke Natuna ini, kita ingin meningkatkan efisiensi untuk memberikan dampak ekonomi yang baik bagi kedua tempat,” kata Budi di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (25/10).

Budi berharap, dengan adanya kapal tol laut ini, baik Jakarta maupun Natuna, bisa mendapatkan keunggulan dalam hal pengiriman logistik. Terutama, soal penyamarataan harga-harga kebutuhan pokok dari Jakarta, dan pengiriman hasil laut yang bagus dari Natuna.

“Harapannya, agar bisa me­nekan disparitas harga sampai relatif sama. Kita mengirimkan sembilan bahan pokok dan beberapa kebutuhan lainnya. Kalau ini bisa jadi suatu pola yang bagus, maka kita akan mengumpulkan ikan-ikan dari sana dengan tonase yang besar untuk dikirimkan ke Jakarta,” ujarnya.

Budi mengaku pihaknya telah melakukan terobosan, dengan memangkas waktu berlayar bagi kapal pengangkut logistik untuk rute ini. Waktu tempuh Jakarta-Natuna, yang sebelumnya memakan rentang 21 hari, kini hanya membutuhkan waktu selama 15 hari untuk sekali perjalanannya.

“Jadi, nanti setiap 15 hari itu akan ada 400-500 ton barang yang dikirim. Sementara, ikan-ikan segar yang cold storage-nya akan kita buat di Natuna, juga akan kita kirim ke Jakarta,” ujarnya.

Sektor Penting Perikanan
Usai memberangkatkan kapal KM Caraka Jaya Niaga III-4 milik PT Pelni yang membawa logistik sembako dari pelabuhan Tanjung Priok menuju Natuna, Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi menjelaskan, alasan lain tentang betapa pentingnya program tol laut tersebut.

Dia mengatakan, selain untuk menekan disparitas harga kebutuhan logistik di Natuna, tol laut ini merupakan alternatif lain di kala gelombang laut sedang tinggi. Sementara itu, kapal-kapal lain tidak ada yang bisa berlayar mengarunginya.

“Di Natuna, sebenarnya disparitas harga itu bisa sampai 30 persen, memang tidak terlalu jauh. Tetapi, ada dua hal lainnya yang membuat rute ini menjadi penting, yakni pada saat ombak besar dan tidak ada kapal ke sana, maka inilah satu-satunya kapal yang bisa berangkat,” kata Budi.

Budi menjelaskan, waktu berlayar pun relatif lebih cepat daripada biasanya. Keunggulan lain bisa mengembangkan distribusi hasil perikanan di Natuna, untuk dikirim ke Jakarta. Selain itu, dengan besarnya daya angkut pada kapal tersebut, hal itu dinilai akan membantu upaya pengembangan hasil tangkapan perikanan di Natuna. Hasil perikanan akan lebih mudah dibawa untuk dijual ke Jakarta. “Kemudian, soal fungsi perikanan di sana, maka kalau ada kapal ini sudah pasti bisa dikembangkan,” kata Budi.

Karenanya, Budi berharap, jika ke depannya rute Jakarta-Natuna melalui jalur tol laut ini bisa semakin berkembang, sehingga mampu menjadi tumpuan untuk segala kebutuhan komersial. Selain itu, Pelni sebagai pihak BUMN yang diajak bekerja sama dalam program tol laut Jakarta-Natuna ini diharapkan bisa menjadi lebih optimal dalam hal operasionalnya. “Pada satu titik tertentu, rute ini bisa jadi jalur komersial, yang bisa membuat Pelni juga tambah sehat,” ujarnya.
(vv)

Close Ads X
Close Ads X