Industri Pengolahan Minta Ekspor Kelapa Utuh Dibatasi

Pekerja memuat kelapa bulat hasil panen kedalam kontainer di Banyuasin, Sumatera Selatan, Selasa (15/11). Berdasarkan data dari Kementerian Perdagangan, selama rentang waktu 2012-2015, volume ekspor kelapa bulat meningkat signifikan dari 79.656 ton menjadi 420.561 ton. Peningkatan juga terjadi dari sisi nilai ekspor dari 12,1 juta dollar AS menjadi 63,1 juta dollar AS. Dari jumlah tersebut, Sumsel merupakan daerah dengan nilai ekspor tertinggi dibandingkan daerah lain di Indonesia. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/pd/16

Jakarta – Kalangan pengusaha pro­duk olahan kelapa meminta pe­merintah membenahi tata ni­aga kelapa dengan membatasi ekspor kelapa utuh agar industri pengolahan kelapa di dalam negeri tidak kekurangan pasokan.

Daniel Pesik, Ketua Per­him­punan Pengusaha Arang Ke­lapa Indonesia atau Perpaki, mengatakan ekspor kelapa se­gar menyebabkan bahan baku pembuatan arang dari tempurung kelapa berkurang. Padahal, ekspor arang kelapa memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan kelapa utuh. Sebagaimana di­ketahui, seluruh bagian dari buah kelapa bisa diolah, mulai dari sabut, buah kelapa, air kelapa, hingga tempurung.

Menurut Daniel, hasil pem­bakaran batok kelapa bisa di­gunakan untuk bahan baku karbon aktif dan briket yang laku di pasar Uni Emirat Arab dan Amerika Serikat. Nilai ekspor arang kelapa diperkirakan mencapai Rp6 triliun hingga Rp7 triliun pada 2016 lalu.

Oleh karena itu, pihaknya kini memfasilitasi para pelaku usaha di sektor perkebunan kelapa untuk menggenjot produk turunan. “Kami ingin para pelaku bisnis merasakan nilai tambah yang lebih besar dari produk kelapa. Di sisi lain, replanting juga perlu dilakukan agar produksi buah kelapa bisa stabil dalam 6-10 tahun mendatang,” jelasnya, Minggu (19/3).

Daniel mengatakan, tan­pa peremajaan kelapa secara massif, industri pengolahan kelapa, termasuk arang bakal mengalami kelangkaan bahan baku yang lebih berat. Alhasil, harga jual untuk produk-produk olahan pun bisa terkerek sejalan dengan kenaikan bahan baku. Dia menggambarkan, harga arang kelapa buatan India mencapai US$330 per ton.

Untuk diketahui, luas kebun kelapa Indonesia merupakan yang terbesar di dunia. Data Asian and Pacific Coconut Community (APCC) menunjukkan luas kebun kelapa Indonesia mencapai 3,61 juta pada 2014 dengan produksi kelapa sebanyak 16,35 miliar butir.

Data dari Ditjen Perkebunan menunjukkan, di 2016 luas ke­bun kelapa Indonesia mencapai 3,6 juta atau relatif stagnan dibandingkan dengan 2014. Dari luas tersebut, hanya 2,6 juta yang berproduksi seangkan sisanya kebun yang tidak produktif.

Dengan demikian, tingkat pro­duktivitas kebun kelapa Indonesia mencapai 4.530 butir per hektare, jauh lebih rendah dibandingkan dengan India (10.119 butir per hektare) dan Brazil (11.630 butir per hektare).

Bahkan, dibandingkan de­ngan Thailand dan Vietnam, produktivitas kebun Indonesia juga masih kalah. Thailand bisa menghasilkan 10,1 miliar butir dari luas lahan hanya 206.000 hektare atau rasio per hektare mencapai 4.859 butir. Sementara itu, produktivitas Vietnam juga lebih tinggi, yakni sebesar 7.834 butir per hektare. (ant)

Close Ads X
Close Ads X