Harga CPO Bangkit Perlahan

Subulussalam | Jurnal Asia
Harga Crude Palm Oil (CPO) minyak sawit mentah perlahan mulai bangkit di Aceh dan Riau. Penguatan harga antara lain dipengaruhi kebijakan pemerintah melalui program B20 biodiesel.
Hal itu dikatakan Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Kota Subulussalam, Aceh, Ir Netap Ginting di Subulussalam, Selasa (16/2). Katanya, kebijakan pemerintah melalui program B20 biodiesel memicu kenaikan harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di daerah itu. “Naiknya TBS kelapa sawit karena kebijakan Presiden Jokowi melalui program B20 biodiesel yang membuat harga minyak sawit mentah atau CPO ikut naik,” kata Netap Ginting.

Pernyataan ini disampaikan Netap Ginting terkait meningkatkan harga TBS kelapa sawit di tingkat pengumpul di Subulussalam terhitung sejak 13 Februari 2016 menjadi Rp1.400/Kg. Sementara di tingkat petani harga sawit berkisar antara Rp1.200 sampai Rp1.250/Kg, sedangkan sebelumnya dibawah Rp1.000/Kg, katanya.

Ia mengatakan, Indonesia merupakan negara pemasok utama minyak kelapa sawit mentah ke Eropa, bahkan mengalami over produksi, sehingga harga CPO dengan mudah ditekan oleh negara konsumen.

Namun dengan diberlakukanya program B20 biodiesel, nilai ekspor CPO ke luar negeri menjadi berkurang. Pasalnya sekitar 30 persen minyak sawit mentah dari total yang diproduksi oleh Indonesia digunakan untuk bahan bakar yang dicampur dengan solar. “Program B20 biodiesel itu artinya setiap satu liter solar dicampur 20 persen CPO,” ungkapnya.

Menurutnya, harga TBS kelapa sawit suatu saat bisa saja mencapai Rp2.000/Kg, mengingat program B20 biodiesel sangat efektif menekan jumlah ekspor minyak sawit mentah ke pasar internasional. Indonesia dapat membatasi nilai ekspor, secara otomatis dapat memicu naiknya harga CPO di pasar dunia. “Jika CPO naik secara otomatis harga TBS kelapa sawit juga ikut naik,” tambahnya.

Ia menambahkan, harga TBS kelapa sawit di sejumlah pabrik saat ini masih bervariasi seperti Pabrik Minyak Kelapa Sawit PT Global Sawit Semesta (GSS) Rp1.400/Kg, sementara PT Bangun Sempurna Lestari (BSL) lebih murah yakni Rp1.380/Kg. Sedangkan harga jual terendah di PT Sumatera Sawit Nabati (SSN) yakni hanya Rp1.340/Kg.

Netap Ginting mengatakan saat ini produksi buah sawit di Kota Subulussalam kembali meningkat, setelah sebelumnya sempat menurun akibat kurangnya perawatan kebun karena faktor harga yang masih murah.

Ke depan, kata Netap, petani harus lebih serius merawat kebun dan jangan memanen buah yang belum matang, karena bisa mempengaruhi harga jual. Untuk menjaga stabilitas harga TBS agar petani tidak dirugikan, Apkasindo Subulussalam berharap tim penetap harga provinsi supaya menggelar sidang setiap dua minggu sekali atau minimal satu kali dalam sebulan sesuai amanah Gubernur Aceh.

Menurut Netap, langkah tersebut sangat penting untuk penyesuaian ketika harga CPO di pasar dunia naik, sehingga harga TBS ditingkat petani juga harus naik. Seperti saat ini harga minyak sawit mentah dunia Rp7.490/Kg dan harga TBS di tingkat pabrik Rp1.400/Kg lalu Rp1.200/Kg di petani.

Naik Signifikan
Di Provinsi Riau harga lelang CPO periode 17-23 Februari 2016 menguat signifikan dari Rp6.833,33 pada harga seminggu lalu kini menjadi Rp7.056,09/kg. “Penguatan harga CPO Riau tersebut antara lain dipengaruhi kontrak paling aktif di bursa komoditas Malaysia yang mengalami kenaikan,” kata Sekretaris Tim Penetapan harga TBS CPO Riau, Rusdi di Pekanbaru.

Menurut Rusdi, penguatan harga CPO Riau juga dipengaruhi oleh harga kontrak Maret 2016 yang mengalami penguatan sebesar 8 ringgit dan diperdagangkan pada posisi 2.567 ringgit per ton.
Minggu depan, katanya, diperkirakan pergerakan harga CPO berjangka masih berpotensi untuk melanjutkan tren penguatan harga.

“Kendati memang pergerakan harga masih akan dipengaruhi oleh pergerakan mata uang, kondisi permintaan dan pasokan global. Pergerakan harga juga bisa dipengaruhi oleh kondisi permintaan dan pasokan harga minyak mentah,” katanya.

Sementara itu harga minyak sawit kasar (CPO) di bursa komoditas Indonesia dan Malaysia pada perdagangan rentang sepekan terakhir menunjukkan peningkatan permintaan yang didukung oleh kekhawatiran berkurangnya pasokan di pasar terutama dari Indonesia.

Ekspor CPO Indonesia diprediksi menurun sekitar 5-10 persen sebagai dampak kebijakan peningkatan persentase penggunaan biodiesel dari B15 menjadi B20 yang serta merta meningkatkan serapan CPO dalam negeri.

Realisasi ekspor Januari 2016 merupakan volume ekspor terendah Indonesia dalam dua tahun terakhir. Ekspor Januari, termasuk minyak sawit dan inti, turun 22 persen menjadi 1,97 juta metrik ton dibandingkan Desember 2015. “Hal ini menjadi penurunan tertajam sejak April 2014, menurut data dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia,” katanya.

Namun perusahaan pengolah biodiesel Indonesia membeli minyak sawit lebih banyak untuk memenuhi kontrak pasokan mereka dengan PT Pertamina dengan volume sebesar 1,85 juta kiloliter periode Januari sampai April 2016.

Ia menyebutkan, harga TBS CPO Riau umur tiga tahun Rp1.174,63/Kg, umur empat tahun Rp1.311,45/Kg, umur lima tahun Rp1.403,25/Kg, umur enam tahun Rp1.444,74/Kg, umur tujuh tahun Rp1.499,82/Kg, umur delapan tahun Rp1.546,60/Kg, umur sembilan tahun Rp1.596,40/Kg, umur sepuluh tahun -20tahu Rp1.640,78/Kg dan umur 21 tahun Rp1.601,17/Kg.

Harga TBS CPO Riau untuk umur 22 tahun Rp1.560,92/Kg, dan umur 23 tahun Rp1.521,31/Kg, dan umur 24 tahun Rp1.505,34/Kg, dan umur 25 tahun Rp1.441,45/Kg. Indeks K: 90,54 persen, kernel Rp5.273,97/Kg. (ant)

Close Ads X
Close Ads X