Bone – Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman pulang kampung ke Bone, Sulawesi Selatan. Di sana dia memerintahkan pihak perkebunan tebu memperluas embung.
Menurutnya, jika perlu maka pihak perkebunan mengorbankan lahan tebu. Embung atau cekungan penampung (retention basin) ini digunakan untuk mengatur dan menampung suplai aliran air hujan. Pengalaman Amran, salah satu penyebab rendahnya hasil panen tebu selama ini adalah lantaran minimnya sumber air.
“Buat di sini embung, karena memberi minum pada tanaman,” ujar Amran, dalam keterangan tertulis dari Kementan, Selasa (25/4).
Amran memerintahkan itu di hadapan jajaran PT Perkebunan Nusantara X (PTPN X) dan muspida setempat usai mengelilingi areal perkebunan tebu setempat, Senin (24/4) kemarin.
Di perkebunan tebu ini terdapat beberapa embung. Namun menurut Amran, luas embungnya masih kurang. Ia menargetkan idealnya ada 100 hektare embung tambahan. Bahkan jika perlu korbankan lahan tebu untuk dikonversi menjadi embung.
“Saya apresiasi, sudah ada kemajuan yang dilakukan PTPN. Tapi saya belum puas. PTPN tidak cukup hanya berlari, harus ada lompatan-lompatan. Jika perlu terbang,” katanya.
Hasil panen tebu yang berhasil dicatat PTPN berkisar antara 70-80 ton per hektare dengan rendemen 5,8-8 persen. Menurut Amran, capaian itu masih rendah. Ia menargetkan setidaknya hasil panen harus bisa menembus angka 100 ton/hektare dengan rendemen 10 persen.
Hal tersebut bisa dicapai jika perluasan embung segera direalisasi. Untuk perluasan tersebut, Amran menyebut pemerintah siap menggelontorkan anggaran besar.
“Kami anggarkan Rp 22 triliun buat embung. Kalau ada embung ada kehidupan. Itu agar gula kita swasembada. Jika ada ikan lepaskan ikan, biarkan masyarakat memancing di situ. Pelihara bebek, kasih berenang di situ,” tutur Amran.
“Seharusnya, sebelum jadi karbohidrat dan protein, jangan biarkan air hujan masuk ke laut,” tambahnya.
Amran memiliki latar belakang di perkebunan tebu. Selain disertasinya di Pabrik Gula Takalar, sejak kuliah, ia menjalani Program Pengalaman Lapangan (PPL) di perkebunan tersebut. Karena kecemerlangannya, dia kemudian diangkat sebagai Kepala Field Operation di Pabrik Gula Bone, Sulsel pada 1994-1995. Hingga terakhir menjabat sebagai Kepala Bagian Logistik PTPN XIV, dia memilih mengundurkan diri. Karena itu dia paham seluk-beluk perusahaan perkebunan milik negara tersebut.
“Saya lama di sini, dua tahun. Kenapa saya berhenti di PTPN, aku benci sikap itu, saling membohongi. Saya bersumpah nggak mau lagi ikut-ikut, tapi ternyata sekarang diberi (jabatan) yang lebih tinggi,” ucap Amran.
Saat ini, kata Amran impor gula masih cukup besar yakni mencapai 3,5 juta ton per tahun. Dia optimistis, jika PTPN serius, maka Indonesia akan swasembada gula mengikuti sukses jagung, beras dan bawang merah. Tiga komoditas pangan itu, kata Amran sudah tidak impor.
“FAO sudah mengakui, Malaysia juga bilang Indonesia sudah bangkit. Mereka minta kerja sama. Saya bilang tanam di perbatasan. Kemudian ekspor ke negaranya,” tuturnya.
(bc)