Ekspor Kakao ke Timur Tengah Ditarget Naik

Petani menunjukkan buah kakao (Theobroma cacao L.) hasil panennya di sentra perkebunan coklat di Patuk, Kabupaten Gunung Kidul, DI Yogyakarta, Jumat (20/1). Menurut petani setempat, produksi kakao di daerah tersebut mengalami penurunan lebih dari 50 persen selama dalam dua bulan terakhir karena intensitas hujan tinggi sehingga proses pembentukan buah tidak maksimal dan memicu tumbuhnya jamur serta penyakit pada tanaman kakao. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/pd/17.

Jakarta – Direktur Eksekutif Asosiasi Industri Kakao Indonesia (AIKI) Sindra Wijaya menilai ada­nya prospek pertumbuhan pasar baru selain dari negara-negara tujuan ekspor saat ini. Seperti contoh produk bubuk kakao yang diminati di wilayah asia pasifik dan timur tengah.

“Ditargetkan dapat me­ningkat hingga 20 persen melalui negara-negara ter­sebut,” kata Sindra, Minggu (22/1).

Sindra yakin kinerja ekspor kakao Indonesia tahun ini dapat tumbuh apabila semua pihak konsisten membenahi produksi di tingkat hulu. Me­nurutnya, tahun lalu industri kakao mengalami penurunan nilai ekspor akibat kurangnya pasokan biji kakao.

“Kan sempat dibatasi oleh Mentan untuk impor biji kakao. Untungnya sekarang sudah dibuka kembali keran impor itu,” jelas Sindra.

Berdasarkan data Kemen­terian Perdagangan, nilai eks­por kakao Indonesia ke be­berapa negara mi­tra dagang mengalami penurunan secara year on year hingga Oktober 2016. Beberapa negara ter­sebut antara lain Amerika Serikat, China, dan Malaysia.

Penurunan terjadi hingga US$50 juta lebih secara year on year terhadap ekspor ko­mo­­­ditas ka­kao Indonesia ke Malaysia. Masih perio­de yang sama, peningkatan terjadi di beberapa negara seperti Brazil dan Uni Emirat Arab. Meski nilai ekspor komoditas tersebut di kedua negara itu tak lebih dari US$50 juta dari 2015—2016, pelaku optimistis dapat menyasar pasar tersebut. (bc)

Close Ads X
Close Ads X