Medan| Jurnal Asia
Devisa lemak dan minyak hewan/nabati Sumatera Utara pada tahun 2015 turun 18,17 persen akibat turunnya volume dan harga jual golongan barang itu. “Penurunan devisa dari golongan barang itu sudah terlihat sejak awal tahun. Pada semester I 2015, nilai ekspor minyak hewan/nabati itu juga sudah turun 18,09 persen dibandingkan periode sama 2014,” ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Wien Kusdiatmono di Medan, Rabu (3/2).
Sepanjang 2015, nilai ekspor lemak dan minyak hewan nabati Sumut tinggal 3,318 miliar dolar AS dari 2014 yang sudah sebesar 4,055 miliar dolar AS. Volume dan harga ekspor CPO yang turun itu sendiri dampak krisis global dimana perekonomian berbagai negara khususnya Republik Rakyat Tiongkok (RRT) sebagai pembeli utama CPO mengalami kelesuan yang berakibat pada pengurangan pembelian.
Dampak dari melemahnya permintaan maka harga jual CPO ikut semakin tertekan. Salah satu pendiri dan pembina Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (Paspi), Balaman Tarigan menyebutkan harga crude palm oil (CPO) di Rotterdam tanggal 1 Februari untuk pengapalan Maret masih hanya 600 dolar AS per metrik ton (MT).
Adapun harga jual di Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN sebesar Rp6.650 per kg. “Meski ada kenaikan sedikit dari harga di Januari dimana tanggal 28 Januari masih 580 dolar AS per MT dan KPB Rp6.647 per kg, harga itu dinilai masih belum kembali ke angka normal,” ujar Balaman yang menjadi Komisaris di PTPN 5.
Harga rata-rata CPO di 2014 masih bisa di kisaran Rp7.800- Rp7.900 per kg. “Mengacu pada harga di awal tahun yang masih melemah diperkirakan harga pada tahun 2016 juga masih rendah di bawah harga rata-rata 2014,” katanya. (ant)