Balitbang Pertanian Bidik Kerjasama dengan BUMN

Sejumlah pekerja mengolah limbah kulit padi untuk dijadikan arang sekam di Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, Selasa (9/8). Usaha arang sekam yang dilakukan warga Kabupaten Pelalawan memiliki potensi bisnis besar karena diperlukan untuk memenuhi permintaan perusahaan industri kehutanan PT Riau Andalan Pulp and Paper, yang rata-rata mencapai 150 ton per bulan untuk media tanam bibit akasia. ANTARA FOTO/FB Anggoro/foc/16.

Bogor – Badan Penelitian dan Pe­ngem­bangan Pertanian (Ba­litbangtan) Kementerian Per­tanian (Kementan) dan PT Petrokimia Gresik menjajaki kerja sama untuk memproduksi nanobiosilika dari sekam padi.

Kepala Badan Litbang Pertanian Muhammad Syakir mengatakan, kerja sama dengan pihak swasta dilakukan untuk memudahkan diseminasi teknologi dan inovasi yang dihasilkan oleh para peneliti.

Selama ini, menurut Syakir, banyak inovasi yang dihasilkan tidak dapat sepenuhnya dimanfaatkan secara luas karena tidak ada jaringan yang menghubungkan dengan petani.

“Kami tidak melakukan komersialisasi. Ini semata-mata untuk melakukan diseminasi secara massal. Selama ini kami terkendala di penggandaan dan penyebaran inovasi,” ucapnya pada acara Launching Produk Inovasi Pascapanen Nanobiosilika dan Produk Olahan Bawang Merah di Kantor Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian, Bogor.

Syakir juga mengatakan kerja sama ini bertujuan meningkatkan produktivitas hasil pertanian, terutama padi guna mewujudkan target swasembada pangan yang dicanangkan Presiden Joko Widodo. Dia juga menjamin kerja sama ini dapat meningkatkan penghasilan petani.

Selain melakukan kerja sama dengan pihak swasta, untuk mempercepat diseminasi teknologi dan inovasi yang dihasilkan para peneliti, Balitbang Pertanian sudah menyebarkan inovasi yang telah dihasilkan para peneliti melalui 65 satuan kerja (satker) di seluruh Indonesia.

Selain itu juga melakukan kerja sama dengan pemerintah daerah penghasil padi. Nanobiosilika serbuk telah diuji coba sebagai penyalut pupuk urea untuk mengendalikan pelarutan sekaligus meningkatkan efisiensi pupuk nitrogen hingga20%.

Teknologi pembuatan nanobiosilika dari sekam padi tersebut merupakan hasil penelitian para peneliti Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian. Menurut Syakir, nanobiosilika dapat meningkatkan ketahanan tanaman padi terhadap serangan hama penyakit, kerebahan, dan dampak kekeringan.

“Hasil uji coba menunjukkan penambahan nanobiosilika pada tanaman padi mampu meningkatkan produktivitas hingga 15%, meningkatkan jumlah anakan produktif, dan mencegah serangan hama penyakit hingga 40%,” katanya.

Kepala Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian Risfaheri mengatakan, selama ini sekam padi tidak dimanfaatkan oleh para petani alias terbuang percuma. Padahal, dalam sistem pertanian modern, kata dia, semua hasil pertanian harus bisa dimanfaatkan atau bernilai ekonomi.

“Beda dengan jerami padi yang dimanfaatkan petani untuk pakan ternak, kalau sekam padi selama ini terbuang percuma, loss,” kata Risfaheri.

Apalagi, kata dia, setiap tahun para petani di Indonesia menghasilkan sekitar 16 juta ton sekam padi. Sekam padi sebanyak itu bisa menghasilkan nanobiosilika sekitar 3 juta ton yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan tanaman padi seluas 10 juta hektare (ha).

Hoerudin, peneliti Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian, mengatakan, selain untuk pertanian, nanobiosilika ini juga dibutuhkan untuk sektor nonpertanian misalnya untuk panel surya.

“Selama ini Indonesia tiap tahun mengimpor silika sebanyak 20.000 ton. Saat ini harga rata-rata silika sekitar Rp20.000 per kg. Coba kalau hasil inovasi kita ini diproduksi secara massal, berapa devisa yang bisa kita hemat. Selain devisa, tentunya manfaat nanobiosilika ini sangat besar karena berasal dari sekam yang selama ini tak memiliki nilai ekonomi,” tuturnya. (oz)

Close Ads X
Close Ads X