32 Jenis Kopi Dipamerkan di Trade Expo 2016

Jakarta – Kementerian Perdagangan telah menyiapkan sejumlah produk yang akan dipamerkan dalam ajang Trade Expo Indonesia (TEI) 2016. Salah satunya adalah kopi. Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Arlinda mengatakan, dalam kegiatan ini nantinya akan dilakukan beberapa kegiatan serius kegiatan coffe brewing dan coffee cupping. Adapun total jenis kopi yang dipamerkan adakah sebesar 32 jenis kopi. Seluruhnya merupakan kopi asli Indonesia.

“Jadi nanti kita akan pamerkan 32 jenis kopi. Ini juga untuk meningkatkan nilai ekspor kopi kita pada dunia internasional,” kata Arlinda di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Rabu (24/8). Dalam kegiatan ini, nantinya pemerintah kita akan melakuakan kegiatan coffee auction.

Dalam kegiatan ini, para buyer dapat mengajukan harga pada lelang yang akan dilakukan untuk setiap jenis kopi. “Jadi nanti kita akan sediakan stand kopi dan zona kopi khusus. Ini juga untuk memperkenankan kualitas kopi kita yang selama ini sudah cukup terkenal di dunia,” tutupnya.

Perlu Intensifikasi Lahan Eksisting
Sementara itu, Pemerintah pusat diminta gencar melakukan intensifikasi pada lahan eksisting perkebunan kopi di dalam negeri guna mengejar produksi 1 juta ton pada 10 tahun mendatang.
Ketua Koperasi Petani Kopi Warga Masyarakat Hutan (Koptan Kowamah) Jabar Iyus Supriyatna menyebutkan saat ini produksi kopi di Indonesia baru mencapai 789.000 ton/tahun, yang terdiri dari robusta 630.000 ton dan arabika 150.000 ton.

Adapun, luas lahan kopi mencapai 1,3 juta hektare (ha) dengan rincian robusta 1 juta ha dan arabika 0,3 ha. “Untuk tingkat produktivitas kopi di dalam masih dianggap rendah yakni di kisaran 700-800/kg/ha/tahun,” ujarnya di Bandung, Rabu (24/8).

Idealnya produktivitas kopi di dalam negeri mencapai 1,5 ton/ha/tahun, yang mana dengan jumlah itu maka bisa mengejar produksi 1 juta ton/tahun bahkan lebih. Oleh karenanya, untuk mengejar produksi 1 juta ton maka pemerintah perlu menggenjot intensifikasi pada lahan eksisting salah satunya dengan peremajaan tanaman. “Tidak dipungkiri tanaman kopi di Indonesia sudah banyak yang tua sehingga produktivitasnya kian menurun setiap tahun,” ujarnya.

Indonesia kini berada sebagai salah satu penghasil kopi terbesar di dunia. Indonesia menepati posisi ke-4 setelah Brasil, Vietnam, dan Kolombia. Keberadaan kopi di Indonesia juga tercatat sebagai penghasil devisa terbesar keempat setelah minyak sawit, karet, dan kakao.

Adapun, kontribusi produksi kopi Jabar terhadap nasional setiap tahun baru mencapai 17.000 ton, dengan luas lahan perkebunan sebesar 35.000 ha. Menurutnya, kontribusi produksi kopi dari Jabar masih tergolong rendah apabila dibandingkan dengan kondisi lahan yang masih luas. Potensi perkebunan di Jabar mencapai 450.000 ha, atau 13% dari total luas wilayah. “Apabila 20% dari total luas perkebunan digunakan untuk perkebunan kopi maka kontribusi produksi bisa meningkat di samping intensifikasi lahan eksisting,” katanya.

Selain itu, ujar dia, pemerintah perlu memacu produk olahan di sektor hilir guna mendongkrak pendapatan pada masyarakat. Untuk itu, masyarakat harus difasilitasi perangkat unit pengolah hasil produk primer dan unit pengolah hasil produk sekunder.

Sementara itu, Asosiasi Petani dan Pengusaha Kopi Jawa Barat (AP2JB) mendorong pemerintah untuk menggenjot perbaikan kualitas kopi dari provinsi tersebut. Ketua AP2JB Enjang Rukmana mengatakan saat ini kopi Jabar sudah banyak menembus pasar ekspor terutama Eropa. Hal ini memerlukan perbaikan kualitas agar pangsa pasar kopi Jabar tetap terjaga. “Kualitas sekarang sudah bagus, tapi perlu perbaikan lagi agar lebih menarik minat buyers,” ujarnya. (oz/bc)

Close Ads X
Close Ads X