10 Juta Bibit Cabai Siap Disalurkan Agar Ditanam Ibu-ibu Rumah Tangga

Sejumlah petani memetik cabai rawit di areal persawahan Kelurahan Kalinyamat, Tegal, Jawa Tengah, Senin (9/1). Petani setempat mengeluhkan mahalnya harga cabai rawit di pasaran yang mencapai Rp100 ribu per kilogram, sementara harga di tingkat petani hanya Rp50 ribu per kilogram. ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah/kye/16

Jakarta – Menteri Perdagangan Eng­gartiasto Lukita telah mengim­­bau masyarakat untuk tanam cabai merah sendiri dalam mengantisipasi naiknya harga. Itu sebabnya, dalam rangka mensukseskan imbauan itu, panitia pameran produk pertanian Agrinex Expo 2017 menyiapkan 10 juta bibit cabai kepada ibu-ibu rumah tangga sekaligus memberi mereka pelatihan.

“Kita sambut gagasan itu. Sekarang bagaimana menanam pangan itu, dari menggunakan pupuk, benih, sampai cara­nya disiapkan Kemendag (Ke­menterian Perdagangan),” ujar Ketua Penyelenggara Agrinex, Rifda Ammarina, di kantor Ke­menterian Pertanian Jakarta pada Kamis (12/1).

Maka, mereka menyiapkan program berkelanjutan dan diharapkan akan ada efek lang­sung di tingkat rumah tangga.

“Ada 10 juta benih cabai diberikan ke ibu rumah tangga. Kalau tidak ada ilmunya, bisa mubazir. Mudah-mudahan ke depan tidak ada masalah cabai lagi,” kata Rifda, yang aktif di Komite Tetap Akses Pasar UMKM Kadin Indonesia.

Agrinex bekerja sama de­ngan beberapa pihak untuk melaksanakan program ini, yaitu Institut Pertanian Bogor (IPB), Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI), Koperasi Agrobisnis dan Agroindustri Indonesia (KAAI), serta berbagai kementerian/lembaga.

Ketua Umum DPP IWAPI, Dyah Anita Prihapsari, mengaku se­rius men­dukung adanya pro­g­ram menanam cabai mandiri de­ngan membantu mensosialisa­sikan program ini ke para ang­gotanya dan jaringannya, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten.

“Dengan Agrinex, IWAPI mendukung gagasan Pak Men­dag. Menawarkan kalau anggota punya lahan tidur, monggo ditanamkan cabai, bawang dan lainnya,” ujar Dyah.

Ada Pemain Nakal
Selain ada pengaruh dari iklim yang memicu gagal panen dan tidak terpenuhinya ketersediaan cabai, diduga ada ‘pemain nakal’ yang memengaruhi kenaikan harga cabai saat ini.

Ketua Umum Koperasi Agro­bisnis dan Agroindustri Sutarto Alimoeso mengatakan, di sektor pangan selalu terjadi fluktuasi harga, harga cenderung tinggi terutama saat cuaca hujan.

“Karena pada saat-saat ter­tentu suplainya memang kurang, ber­dasarkan pengalaman pulu­han tahun. Begitu ada kurang, ditambah. Ada pemain nakal, maka terjadi gejolak,” ucap Sutarto di kantor Kementerian Pertanian Jakarta, Kamis (12/1).

Ia mengatakan, para pemain nakal tersebut seringkali me­manfaatkan isu ketersediaan produk dan harga yang ber­kembang di daerah tertentu untuk memainkan harganya di daerah lain. Permainan ini pun tidak hanya ada di satu komoditas.

“Di pertanian yang namanya middleman (tengkulak) itu ba­nyak, terlebih di situasi tertentu di lapangan pungli juga banyak, itu akhirnya biasa juga membuat tinggi (harga). Dengan adanya saber pungli diharapkan hilang­kan itu. Kita harus punya ke­kuatan untuk menekan (harga),” ujarnya menambahkan.

Menurutnya, harga cabai saat ini khususnya cabai rawit merah yang menyentuh harga Rp100 ribu ke atas, sudah tidak masuk akal. Meski kecenderungan harga naik tiap musim hujan, tapi pemerintah biasanya bisa antisipasi.

“Ke depan, kita harus pakai teknologi untuk menjaga pa­sokan cabai normal. Salah sa­tunya dengan tidak usah makan cabai segar. Saat produksi tinggi, diolah dalam bentuk pasta, bubuk dan lain-lain kan bisa-bisa saja.”
(vv)

Close Ads X
Close Ads X