“Hanya di Indonesia Harga Pangan Melonjak Jelang Lebaran”

Jakarta | Jurnal Asia
Lonjakan harga pangan menjelang lebaran Idul Fitri bukan hanya terjadi satu atau dua tahun ke belakang, akan tetapi sudah sejak lama. Lebih parahnya, ini terjadi hanya di Indonesia.
Demikian diungkapkan Anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Suharso Manoarfa, usai rapat koordinasi di kantornya Jakarta, Jumat (27/5). “Watimpres melihat kita ini hanya satu-satunya negara yang menghadapi gejolak seperti ini kalau menjelang Puasa dan Lebaran,” jelasnya.

Banyak negara dengan mayoritas muslim di dunia yang juga melakukan aktivitas yang hampir sama saat lebaran. Salah satunya adalah negara tetangga, Malaysia. Namun kenaikan harga yang terjadi tidak signifikan. “Ada negara Islam lainnya menghadapi yang sama (Puasa dan Lebaran), tetapi tidak seperti kita di sini,” ungkap Sunarso.

Wantimpres melihat titik permasalahan dari harga pangan yang seringkali melonjak saat lebaran Idul Fitri adalah data. Pemerintah tidak memiliki data yang akurat, untuk mengantisipasi resiko lonjakan permintaan yang muncul.

“Tadi ada bicara soal dis­tribusinya, ada soal tingkat ketersediaannya. Itu kan sebenarnya bisa diantisipasi awal-awal sebelumnya. Dengan melihat musim. Tapi pokok persoalan adalah soal data,” terang Suharso.

Suharso menuturkan, data luas lahan pertanian, tenaga kerja hingga produksi yang dimiliki pemerintah selama ini tidak menggambarkan kondisi yang sebenarnya. Terlihat ketika salah satu kementerian menyatakan produksi surplus, tapi justru harga tinggi.

Saat kementerian lainnya mengecek ke lapangan, ternyata tidak ada data produksi yang disampaikan. Akhirnya muncul saling lempar masalah antar beberapa pihak. Maka dari itu akurasi data sangat diperlukan. Suharso pun masih meragukan data Badan Pusat Statistik (BPS). “Nah itu dari data itu baru kita bisa lakukan. Karena BPS ambil data mentahnya juga dari Kementan,” imbuhnya.

Di samping itu, dalam peren­canaan, untuk meningkatkan produksi pangan maka disediakan subsidi. Baik untuk benih maupun pupuk. Subsidi ini disalurkan setiap tahun dari pemerintahan sebelumnya, akan tetapi hasil dari kebijakan tersebut tidak jelas.

“Ke mana itu? Hasilnya mana? Kalau kita hitung-hitung, kita kelebihan 10 juta ton per tahun. Kalau sudah sekian puluh tahun berapa. Belasan tahun bisa seratus jutaan. Ke mana itu barang? Berarti data itu nggak benar. Kalau data itu nggak benar, berarti pupuk dan bibit itu ke mana dong,” papar Suharso.

Anggota Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN), Benny Pasaribu, menambahkan pada negara lain kenaikan harga yang terjadi hanya berkisar 5%. Seiring dengan peningkatan permintaan yang juga diimbangi dengan kesiapan pasokan oleh pemerintah.

“Paling naiknya itu tidak lebih dari 5%. Kalau Indonesia sudah puluhan tahun menjelang lebaran naiknya begini besar,” terang Benny pada kesempatan yang sama. Wantimpres sendiri mengum­pulkan para menteri ekonomi dan kalangan dunia usaha untuk membahas persoalan pangan menjelang Lebaran. Sesuai keinginan Presiden Joko Widodo (Jokowi), tidak ada lonjakan harga seperti tahun-tahun sebelumnya.

Para menteri yang hadir di antaranya adalah Menko Perekonomian Darmin Nasution dan Menteri Perdagangan Thomas Lembong. “Kita ingin harga yang stabil. Maksudnya harga yang terjangkau dan pasokan aman,” tambah Suharso.

Pada kesempatan yang sama, Darmin menjelaskan bahwa semua komponen pangan menjadi pembahasan dalam rapat, begitu juga rencana impor. “Semua soal pangan kita bahas dalam rapat, daging bawang beras kita bahas,” tambah Darmin.

Sementara itu, Putri Wardani menilai kondisi harga pangan sejauh ini cukup terkendali, kecuali seperti bawang merah dan daging. Persoalan yang paling lama dibahas adalah mata rantai distribusi yang terlalu panjang. “Kalau kita bisa memotong.

Mata rantai ini tentunya bahan-bahan pangan ini bisa lebih cepat tanpa terhambat dengan harga yang kompetitif,” jelas Putri.
Rapat berlangsung tertutup selama 1,5 jam, dari pukul 10.00 WIB. Hasil pembahasan nantinya juga akan diserahkan kepada Presiden Jokowi untuk ditindaklanjuti. (dc)

Close Ads X
Close Ads X