Jakarta | JUrnal Asia
Dewan Bawang Merah Nasional (Debnas) menyatakan harga bawang merah yang saat ini mencapai Rp40.000 per kilogram (kg) akan turun pada pertengahan Mei. Pasalnya, kenaikan harga bawang merah hanyalah fluktuasi sesaat dari pergeseran musim akibat perubahan iklim. “Masuk pertengahan Mei nanti akan berangsur turun harganya, ini karena perubahan musim sehingga mempengaruhi iklim untuk produksi,” jelas Sekjen Debnas Mudatsir, Selasa (3/5).
Menurut Mudatsir, harga bawang merah di petani saat ini Rp20.000-Rp25.000 per kg. Sementara, untuk harga pasar di Jawa saat ini mencapai Rp35.000-Rp40.000 per kg. Maka dari itu, Presiden Joko Widodo meminta agar harga bawang merah turun menjadi Rp25.000. Mudatsir pun tak masalah dengan rencana pemerintah menurunkan harga bawang merah asalkan tidak merugikan petani.
“Tidak ada masalah selama memang untuk kebaikan ekonomi nasional, menekan inflasi, dan meringankan konsumen. Petani juga jangan sampai dirugikan,” jelasnya. Jika harga bawang merah di pasar berhasil diturunkan menjadi Rp25.000, lalu harga bawang merah di petani menjadi Rp15.000, maka tidak akan merugikan petani. Harga yang mahal saat ini dinilainya tetap menguntungkan petani. “Petani tetap menikmati rantai margin yang lebih besar,” ucapnya.
Lebih lanjut Mudatsir menjelaskan, usaha pemerintah menurunkan harga bawang merah bukanlah masalah ada atau tidaknya dukungan. Pasalnya, dalam dua minggu ke depan pasokan pasar akan bertambah karena puncak panen akan dimulai dari Juni hingga Agustus.
Demi menurunkan harga bawang merah, pemerintah harus mengatur alur distribusi lebih baik dengan mempercepat mobilisasi dari sentra ke pasar. Untuk diketahui, produksi bawang merah rata-rata 90-95 ribu ton per bulan, sedangkan kebutuhan konsumsi dan industri sebesar 75-80 ribu ton per bulan. Sisanya untuk kebutuhan bibit sebesar 10-12 ribu ton per bulan.
(cnn)