BPDP Sawit Minta Perusahaan BBN, Tahan Produksi Fatty Acid

Jakarta | Jurnal Asia
Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit meminta perusahaan Bahan Bakar Nabati (BBN) pemasok Fatty Acid Metyl Alcohol (FAME) sebagai campuran biodiesel untuk menghentikan penambahan kapasitas produksinya karena kini harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) sudah meningkat.

Direktur Utama BPDP Sawit, Bayu Krisnamurthi mengatakan momen itu sangat bagus bagi pengusaha kelapa sawit karena bisa menjadi insentif bagi ekspor. Namun dengan kondisi harga minyak dunia yang kini tengah melemah, pemberian subsidi dari BPDP Sawit bagi mandatori B-20 juga bisa semakin membengkak.

Di dalam mekanisme subsidi tersebut, BPDP Sawit membayar selisih harga solar dengan FAME agar perusahaan BBN mau menyalurkan hasil produksinya untuk pencampuran biodiesel.
“Saya minta perusahaan BBN jangan ditambah dulu kapasitasnya karena selisih harga sawit terlalu lebar. Kalau harga CPO naik sampai US$750 per ton tentu sebagai produsen senang, tapi dengan crude oil US$40 per barel, maka gap harga akan terlalu besar,” jelas Bayu di Jakarta, Selasa (3/5).

Dengan kondisi demikian, ia mengatakan subsidi BPDP Sawit untuk biodiesel bisa mencapai Rp5.500 per liter pada bulan Mei, atau naik Rp500 jila dibandingkan pada bulan April lalu. Harga tersebut, jelasnya, belum termasuk pajak dan ongkos logistik.

Padahal pada bulan Maret, subsidi biodiesel yang diberikan BPDP Sawit terbilang sebesar Rp2.972 per liter yang memperhitungkan harga CPO di bulan Februari, biaya logistik, biaya konversi sebesar US$125 per metrik ton, dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10 persen.

Namun ia berharap kondisi ini hanya sementara karena harga minyak dunia perlahan sudah merangkak naik. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Manusia (ESDM), harga minyak mentah (Indonesian Crude Price/ICP) pada bulan Maret lalu telah mencapai US$34,19 per barel, atau meningkat dari posisi US$28,92 per barel pada bulan Februari lalu.

“Oleh karenanya, gap tersebut merupakan yang tersebar yang pernah kami alami. Tapi kalau dilihat, kecenderungan dan harga crude sudah mulai naik. Memang kenaikan harganya tidak secepat sawit tapi sudah cenderung naik. Kami harap itu masih akan berlanjut dan kalau sudah stabil di atas US$40 per barel maka gap yang perlu kami subsidi bisa mengecil,” jelasnya.

Sejak April kemarin, realisasi penyaluran biodiesel yang didukung oleh dana sawit dalam empat bulan pertama di tahun 2016 mencapai 748 ribu kiloliter (kl) dengan total pengeluaran mencapai Rp2,7 triliun. Sampai akhir tahun nanti, BPDP Sawit berharap bisa menyalurkan bildiesel sebesar 2,7 juta kiloliter hingga akhir 2016 mendatang.
(cnn)

Close Ads X
Close Ads X