Pemanasan Jelang May Day | Ratusan Massa Buruh Gelar Aksi Tuntut Upah Layak

Medan | Jurnal Asia
Dalam menyambut Hari Rari Buruh Sedunia (May Day) yang jatuh pada 1 Mei mendatang, ratusan massa yang menamakan Serikat Bu­ruh Sejahtera Indonesia (SBSI) 1992 Sumatera Utara, berkumpul un­tuk menyampaikan aspirasi di Bun­daran Air Mancur Jalan Gatot Subroto Medan, Kamis (28/4) siang.

Sebagai Ketua DPD SBSI 1992 Sumatera Utara, Bambang Her­manto mengatakan, aksi yang dilakukan ratusan buruh tersebut da­lam menyambut May Day ini si­fatnya masih menyambut atau pra May Day.

Dalam aksi tersebut, Sambung Bambang, ada beberapa persoalan yang ingin disampaikan kepada Presiden RI Jokowi. Deretan persoalan buruh yang ingin disam­­paikan itu di antaranya, upah mu­rah dengan konsep Peraturan Pe­merintah (PP) 78 Tahun 2015, ja­minan kesehatan yang buruk, pe­negakan hukum ketenagakerjaan yang mandul, penerapan status out sourcing yang merugikan, ba­nyaknya pemotongan upah buruh karena regulasi dan akan masuknya ancaman MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN). “Aspirasi ini akan disampaikan kepada presiden kita. Kita berharap Pak Presiden mendengar persoalan yang masih dihadapi oleh buruh, khususnya di Sumut,” ujarnya.

Sampai saat ini, kata Bambang, janji Kampanye Presiden Joko Widodo dalam nawacitanya yang akan membuat tri layak (hidup layak, upah layak dan kerja layak) bagi buruh belum terealisasi.
“Kita masih menunggu janji Jokowi. Bagaimana buruh mau sejahtera jika upahnya masih sangat minim,” terangnya.

Untuk itu, massa yang memakai baju hijau itu menuntut agar se­gera mencabut PP Nomor 78 Tahun 201d tentang pengupahan, cabut penerapan sistem kerja out sourcing, bubarkan BPJS Ke­sehatan dan kembalikan jaminan ke­sehatan buruh ke Jamsostek, stop pem­berangusan sertifikat buruh dan naikkan upah layak buruh sebesar 30 persen.

Dia menambahkan, rencananya pra May Day akan berlangsung selama dua hari berturut-turut. “Ini masih sebagian buruh, nanti tepat tanggal 1 Mei seluruh buruh kan bergabung untuk merayakan hari buruh sedunia,” ucapnya sembari mengatakan kalau setelah menyampaikan aspirasi buruh akan membubarkan diri.

Dari pantauan di lokasi, ra­tusan massa itu berorasi sambil me­­nyanyikan lagu perjuangan buruh. Sejumlah petugas kepolisian tampak melakukan penjagaan ketat. Akibat aksi tersebut arus lalu lintas di Jalan Gatot Subroto-Adam Malik-Guru Pattimpus Medan mengalami kemacetan. Petugas kepolisian pun tampak sibuk mengatur sejumlah kendaraan yang melintas.

Jangan Berpikir Sepihak
Menjelang May Day, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apin­do) Hariyadi Sukamdani meng­imbau para buruh dan serikat pekerja untuk tak berpikir sepihak. “Terkait May Day, ke depan ada cara berpikir yang harus diubah. Ja­ngan hanya mau kepentingan se­pihak saja, tapi juga kepentingan na­­sional,” kata Hariyadi di Kantor Bank Indonesia Jakarta, Kamis (28/4).

Dalam hal ini, Hariyadi menyoroti sektor padat karya Indonesia yang semakin kehilangan daya saing. Menurut dia, saat ini sektor padat karya banyak yang hilang, padahal sektor itulah yang diperlukan kini. Pada akhirnya, sektor padat karya saat ini justru malah dinikmati oleh Vietnam.

Industri tekstil Vietnam, yang jelas merupakan sektor padat karya, kini menghasilkan ekspor mencapai 28 miliar dollar AS dengan penduduk yang hanya 60 juta jiwa. “Kita hanya 14 miliar dollar AS, separuhnya. Ini yang kita harapkan ada paradigma baru,” terang Hariyadi.

Lebih lanjut, Hariyadi mengungkapkan, aksi para buruh dan serikat pekerja dengan segala tuntutannya harus ditinjau ulang. Ia meminta mereka tak memosisikan pengusaha berlaku tidak adil.
“Jangan memosisikan seolah pengusaha tidak fair mau menekan upah. Ini kenyataan sekarang begitu. Pertumbuhan kita tidak bagus, mencerminkan kualitas income-nya,” ungkap Hariyadi.(bowo/kc)

Close Ads X
Close Ads X