Biodiesel Meningkat, Indonesia Kurangi Ekspor Minyak Sawit

Pekerja mengangkat kelapa sawit di Desa Pancang,  Sebatik, Kalimantan Utara, Rabu (26/8). Pemerintah masih menjadikan industri sawit sebagai lumbung devisa negara. Dalam setahun ekspor minyak sawit mentah (CPOP) dan produk turunannya mencapai 15 miliar dolar AS dan berkontribusi tiga persen untuk produk domestik bruto (PDB) Indonesia. ANTARA FOTO/Rosa Panggabean/kye/15.
Pekerja mengangkat kelapa sawit di Desa Pancang, Sebatik, Kalimantan Utara, Rabu (26/8). Pemerintah masih menjadikan industri sawit sebagai lumbung devisa negara. Dalam setahun ekspor minyak sawit mentah (CPOP) dan produk turunannya mencapai 15 miliar dolar AS dan berkontribusi tiga persen untuk produk domestik bruto (PDB) Indonesia. ANTARA FOTO/Rosa Panggabean/kye/15.

Yogyakarta | Jurnal Asia
Indonesia mulai mengurangi ekspor minyak sawit seiring turunnya produksi dan meningkatnya penggunaan biodiesel di dalam negeri serta pengaruh El Nino 2015 sehingga stok dalam negeri perlu dijaga. “Penurunan ekspor ini tidak membuat panik pengusaha minyak sawit Indonesia karena pasar mulai tergerus,” kata Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Fadhil Hasan dalam keterangan tertulis di Yogyakarta, Rabu (27/4).

Dikatakan, volume ekspor minyak sawit Indonesia pada Maret 2016 tercatat anjlok 24 persen dibandingkan dengan bulan lalu 2015. Pada Maret ini, produksi biodiesel mencapai 270 ribu kiloliter (KL) dengan penyerapan biodiesel di dalam negeri mencapai 200 ribu KL.

Penyerapan biodiesel pada Maret 2016 turun 32 persen dibandingkan bulan lalu yakni sebesar 294 ribu KL.
Menurut data yang dicatat GAPKI, penyerapan biodiesel untuk triwulan pertama 2016 telah mencapai 732 ribu KL. “Dengan kinerja penyerapan yang konsisten, GAPKI optimis pada tahun 2016 target pen­yerapan biodiesel 3 juta KL bisa tercapai,” katanya.

GAPKI, katanya, juga mencatat produksi minyak sawit Indonesia pada Maret 2016 kembali turun sebesar 6,4 persen atau dari 2,47 juta ton setelah koreksi pada Februari menjadi 2,31 juta ton pada Maret.

Sementara itu, stok minyak sawit Indonesia termasuk biodiesel dan oleochemical pada Maret tercatat sebanyak 3,02 juta ton atau turun sebesar 12 persen dibanding dengan bulan lalu sebesar 3,44 juta ton.

Ekspor minyak sawit Indonesia pada Maret 2016 tercatat sebanyak 1,74 juta ton atau turun 24 persen dibandingkan dengan ekspor bulan sebelumnya 2,29 juta ton. “Jika dibandingkan secara year-on-year kinerja ekspor minyak sawit Indonesia selama triwulan pertama tahun 2016 masih menunjukkan kenaikan persen dibandingkan periode yang sama 2015, atau dari 5,6 juta ton pada triwulan pertama 2015 meningkat menjadi 6,14 juta ton pada periode yang sama 2016,” katanya.

Penurunan ekspor minyak sawit Indonesia yang cukup signifikan selain adanya pengu­rangan pasokan ke luar negeri juga untuk menjaga kestabilan stok minyak sawit di dalam negeri karena tren penurunan produksi terus berlanjut. Sepanjang Maret 2016 ham­pir semua negara tujuan ekspor minyak sawit Indonesia membukukan penurunan kecuali India dan negera-negara Timur Tengah.

Pada Maret 2016, impor Amerika Serikat anjlok sangat signifikan sebesar 84 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya dari 74,68 ribu ton menjadi 12,24 ribu ton. Anjloknya permintaan Negeri Paman Sam disebabkan stok kedelai yang sangat tinggi di dalam negeri AS.

Penurunan impor minyak sawit dari Indonesia diikuti oleh negara-negara Afrika 53 persen, Bangladesh 46 persen, Pakistan 31 persen, China 30 persen, dan negara-negara Uni Eropa 13 persen.

Penurunan impor minyak sawit dari negara-negara ini terutama karena harga minyak sawit yang mulai tinggi dan adanya perlambatan ekonomi di Pakistan dan Bangladesh. GAPKI memperkirakan harga CPO global sampai pada akhir April akan bergerak di kisaran USD690-USD730 per metrik ton. (oz)

Close Ads X
Close Ads X