Medan | Jurnal Asia
Permintaan benih sawit ke Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) pada triwulan I 2016 masih melemah atau turun 15 persen dibandingkan periode sama tahun 2015 yang sudah 6,5 juta butir kecambah.
“Penjualan di triwulan I 2016 masih 5,5 juta kecambah.Penurunan pembelian diduga dampak masih berhati-hatinya petani dan pengusaha mengembangkan/mereplanting tanamannya,” ujar Direktur Pusat PPKS, Hasril Hasan Siregar di Medan, Kamis (7/4).
Kehati-hatian itu diduga sebagai dampak harga jual yang berfluktuasi dan adanya perubahan cuaca. Menurut dia, permintaan kecambah yang tren menururn itu sebenarnya, sudah diprediksi perusahaaan dengan membuat besaran target penjualan di dalam rencana kerja anggaran perusahaan (RKAP) jumlahnya sama dengan angka 2015 yakni 25 juta.
Meskipun, kata Harsil, PPKS berupaya terus bisa melakukan penjualan di atas angka yang di dalam RKAP seperti yang juga terjadi di tahun 2015. Dia memberi contoh, kalau di 2015, target RKAP mencapai 25 juta dan realisasi penjualan benih (seed) PPKS bisa mencapai 26,9 juta, maka tahun ini realisasi penjualan diharapkan mencapai 30 juta.
“Kalau tahun lalu saja penjualan bagus di tengah harga CPO (crude palm oil/minyak sawit mentah) yang masih rendah, mengapa di 2016 yang harganya tren naik walau berfluktuasi, tidak bisa terjadi hal yang sama,” katanya.
Harapan penjualan semakin bagus, kata Hasril juga mengacu pada adanya program replanting yang dilakukan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS) serta semakin memahaminya petani dan pengusaha untuk menggunakan bibit berkualitas.
Apalagi, ujar dia, harga kecambah PPKS tidak mengalami kenaikan dari harga di 2015 atau sebesar Rp7.500 per butir kecambah dan bahkan ada potongan harga 10 persen untuk petani atau menjadi Rp6.750 per butir.
Adapun untuk bibit siap tanam umur 9-12 bulan dijual PPKS dengan harga Rp30.000 dari sebelumnya di kisaran Rp29.000 per pohon. Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Sumut, Gus Darlih Harahap mengaku pihaknya sedang melakukan sosiliasasi ke masyarakat soal pentingnya peremajaan erhadap tanaman tua dan produktivitas rendah milik petani.
“Tanaman tua dan tidak produktif yang mencapai 60 persen dari total luasan tanaman sawit petani yang berkisar 400.000 ribu hektare itu merisaukan sehingga perlu mendapat dukungan untuk peremajaan,” katanya.
Program replanting yang dijalankan BPDP-KS menjadi salah satu harapan petani. Adapun diskon harga benih yang diberikan PPKS, kata dia, sangat membantu petani dan langkah itu juga diharapkan dilakukan perusahaan produsen sawit swasta. (ant)