Maret 2016, Pasar Wisata Tikun Dibangun

Medan | Jurnal Asia
Rencana pemerintah yang ingin menjadikan Danau Toba sebagai Monaco of Asia, menjadi keuntungan tersendiri bagi pasar wisata titi kuning (Tikun) yang berlokasi di Jalan Berigjen Hamid Medan, hal ini terkait juga dengan rencana pembangunannya yang dijadwalkan pada Maret 2016 mendatang.

“Setelah beberapa kali koordinasi dengan Pemko Medan, pasar ini akan menjadi Pasar Wisata. Rencananya, akan dibangun mulai Maret ini dan selesai tahun 2018,” kata Direktur Projek Revitalisasi Pasar Titi Kuning Hendy Ong, Jumat (12/2).

Menurut Hendy, pembangunan pasar wisata ini merupakan perkembangan dari revitalisasi Pasar Titi Kuning yang awalnya diusulkan menjadi Pasar Seni. Akan tetapi, setelah koordinasi dengan Pemko Medan, maka membangun Pasar Wisata lebih tepat.

Sebaliknya dengan rencana pembangunan kawasan Danau Toba yang sedang gencar dilakukan Pemerintah Pusat merupakan peluang bagi Kota Medan. Pemerintah menargetkan 1 juta wisatawan datang ke Sumut dan mendatangi Danau Toba. Dan, Medan sebagai gerbang Indonesia bagian Barat, sangat strategis dibangun pasar Wisata.

“Wisatawan yang akan atau kembali dari Danau Toba, melalui Medan. Maka, sangat dibutuhkan fasilitas yang bisa memenuhi kebutuhan oleh-oleh (buah tangan, red) yang cukup diperoleh di satu tempat. Ke pasar Wisata,” katanya sembari menyebutkan bahwa selama ini wisatawan yang datang ke Medan harus mengunjungi banyak tempat. Ingin membeli bika, mengunjungi Jalan Mojo Pahit, ingin beli kain harus menuju Pasar Ikan.

Lebih lanjut, upaya Hendy Ong yang menyulap pasar titi kuning menjadi pasar tradisional modern dengan konsep mewah atau menjadi pasar wisata mendapat perhatian dari berbagai kalangan, karena tindakan Hendy tergolong pengusaha yang nekat. Pasalnya, harga kios dan stand yang diperuntukkan untuk pedagang lama hanya seharga Rp3juta (stand) dan Rp6juta (kios). Adapun jumlah kio yang disiapkan mencapai 338 kios dan stand di lantai 1.

Namun rupanya, Hendy memiliki hitung-hitungan sendiri. Pihaknya malah menganggap penghasilan dari kios dan stand tersebut Rp0. Mengapa? Sebab, penghasilan tersebut akan digunakannya juga untuk pembangunan bassement.

“Orang bilang saya gila. Ya saya gila. Tapi hitung-hitungan saya beda. Lantai 1 itu saya tidak dapat untung sepeser pun. Saya harus bangun bassement juga. Jadi lantai 1 dan bassement saya Rp0 dapatnya,” ujarnya seraya mengatakan sudah merencanakan revitalisasi pasar titi kuning sejak akhir 2014 lalu.

Lalu darimana keuntungannya? Hendy mengatakan pihaknya akan meraih keuntungan lewat total 400 unit kios dan stand yang ada di lantai 2 dan 3. Harga kios dan stand di sana akan dijualnya dengan harga mulai Rp80juta.

Tentunya angka ini terus meningkat melihat tipe bangunannya. “Lantai 1 itu yang kelola PD pasar kota Medan. Nah saya kebagian kelola di lantai 2 dan 3. Saya diberikan jatah kelola hak sewa selama 20 tahun. Ya dari sinilah saya ambil pelan-pelan keuntungannya,” tegasnya. (Mag-01)

Close Ads X
Close Ads X