Harga Minyak Menguat di Asia

Singapura | Jurnal Asia
Harga minyak melonjak lebih dari lima persen di Asia, Jumat, sehari setelah jatuh ke posisi terendah dalam 13 tahun. Kenaikan tersebut menyusul laporan yang menyatakan OPEC terbuka untuk bekerja sama menuju pengurangan produksi guna menstabilkan pasar minyak mentah.

Harga untuk kedua kontrak utama merosot pada Kamis sejalan dengan aksi jual di pasar seluruh dunia, karena para pedagang semakin khawatir tentang keadaan ekonomi global, dan kemungkinan kembali ke resesi.

Namun para pedagang diberi secercah harapan dengan laporan di Wall Street Jurnal, mengutip Menteri Energi Uni Emirat Arab Suhail Al Mazrouei yang mengatakan OPEC bersedia bekerja sama dengan produsen lain untuk memangkas produksi.

Harga minyak melonjak lebih dari lima persen sebelum berkurang sedikit pada sore. Pada sekitar pukul 06.40 GMT, patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret naik 1,22 dolar AS atau 4,65 persen menjadi 27,43 dolar AS per barel.

Minyak mentah Brent untuk April naik 1,34 dolar AS atau 4,46 persen menjadi 31,40 dolar AS per barel. WTI menetap di 26,21 dolar AS per barel pada Kamis, posisi penutupan terendah sejak Mei 2003, dan menembus posisi terbawah yang ditetapkan pada Januari. Kontrak ini turun sekitar 11 persen untuk seminggu.

“Setelah WTI mencapai te­rendah baru dalam 12 tahun pada Kamis, ini memicu bebe­rapa perburuan harga murah karena tidak ada berita yang mendorong kemerosotan kecuali masalah kelebihan pasokan,” kata Bernard Aw, analis pasar di IG Markets Singapura.

Dia menambahkan, ko­mentar menteri UEA akan memiliki dampak kecil pada harga untuk jangka panjang, kecuali pemain besar di Or­ga­nisasi Negara-negara Peng­ekspor Minyak (OPEC) seperti Arab Saudi dan Irak membuat komitmen kuat tentang pemangkasan produksi. “Tanpa Arab Saudi dan Irak, tidak ada banyak pemain lain bisa melakukannya,” kata dia.

“Apa yang tak terkatakan di sini adalah bahwa setiap negara penghasil minyak di seluruh dunia berpikir bahwa negara-negara produsen minyak lainnya harus memotong pasokan,” kata Michael McCarthy, kepala strategi pasar di CMC Markets di Australia.

“Sampai kita mendengar indikasi dari negara atau dari produsen besar bahwa mereka siap untuk memangkas produksi mereka sendiri, saya akan sangat mengurangi komentar ini,” katanya kepada AFP melalui telepon dari Sydney.

Harga minyak rendah telah memukul produsen minyak miskin seperti Venezuela dan Nigeria, namun OPEC telah menolak untuk memangkas produksi karena mereka sedang berupaya mempertahankan pangsa pasar dalam meng­ha­dapi persaingan dari minyak serpih AS. (ant)

Close Ads X
Close Ads X