Mahalnya Beras | Pemerintah Belum Punya Solusi Atasi ‘Biang Kerok’

Pedagang mengangkut beras kelas medium di pusat penjualan beras pasar tradisional Inpres, Lhokseumawe, Provinsi Aceh, Jumat (22/1). Harga beras kemasan berbagai merek mengalami kenaikan dari Rp130 ribu/15 kg menjadi Rp150 ribu/15 kg yang dipicu menipisnya stok beras dan naiknya biaya transportasi. ANTARA FOTO/Rahmad/16
Pedagang mengangkut beras kelas medium di pusat penjualan beras pasar tradisional Inpres, Lhokseumawe, Provinsi Aceh, Jumat (22/1). Harga beras kemasan berbagai merek mengalami kenaikan dari Rp130 ribu/15 kg menjadi Rp150 ribu/15 kg yang dipicu menipisnya stok beras dan naiknya biaya transportasi. ANTARA FOTO/Rahmad/16

Pemerintah belum memiliki solusi yang jitu mengatasi biang kerok mahalnya harga beras di dalam negeri, yaitu panjangnya rantai distribusi perdagangan. Masalahnya cukup rumit, sehingga membutuhkan waktu yang cukup panjang.

Demikian diungkapkan Menko Perekonomian, Darmin Nasution, usai rapat koordinasi di kantornya, Jakarta, Selasa (9/2). “Kalau itu memang harus me­ngubah jalur distribusinya, dan kita tadi sudah mulai bicarakan dengan menteri BUMN apa yang bisa dilakukan, tapi kita belum tuntas me­ngenai itu,” terangnya.

Sempat ada rencana meng­optimalkan BUMN dalam memangkas ran­tai distribusi tersebut. Karena banyak BUMN yang bisa dilibatkan untuk berbagai komoditas, selain Bulog. Akan tetapi, menurut Darmin itu memerlukan kajian kembali.

“Arahnya adalah akan ada BUMN-BUMN lain juga yang ditugaskan untuk melakukan distribusinya selain Bulog. Kalau bawang kita nggak tugaskan Bulog. Silakan Menteri BUMN yang tunjuk, tapi belum dituntaskan. Mereka kan punya banyak BUMN perdagangan, dan mereka akan ikut,” paparnya.

Peserta rapat adalah Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Menteri Perdagangan Thomas Lembong, Menteri BUMN Rini Soe­marno, Menteri Desa dan Pem­bangunan Daerah Tertinggal Marwan Jafar, dan pihak terkait lainnya.

Amran menambahkan, sekarang yang baru bisa dilakukan efektivitas operasi pasar ketika terjadi gejolak harga. Cadangan beras diperbanyak dan memungkinkan operasi dilakukan dengan cepat.
“Bulog kalau terjadi gejolak harga, Bulog langsung operasi,” kata Amran pada kesempatan yang sama.

Sedangkan untuk pemangkasan rantai distribusi, Amran mengaku belum memiliki formula yang tepat. Ini masih terus dikaji, baik dalam internal kementerian maupun instansi lainnya.
“Ini kita rancang ke depan, baru dengan masukan ini ada kebijakan baru,” ujarnya.

Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan ini meluncurkan pola distribusi perdagangan beras. Tercatat rantai distribusi beras terpanjang terjadi di DKI Jakarta, dan terpendek ada di Sulawesi Utara. (lp6)

Close Ads X
Close Ads X