Ketua PSMTI Sumut,Tongariodjo Angkasa Ginting SE,MBA,MM,MSc | Kesederhanaan Tidak akan Mengurangi Kesakralan Perayaan Imlek

20160126_131851

Joko dharmanadi

Ketua psmti sumut dan ketua medan utara

Solihin candra

3
Medan | Jurnal Asia
Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Su­matera Utara (Sumut), Tongariodjo Angkasa Ginting SE,MBA,MM,MSc meng­imbau keluarga besar PSMTI untuk merayakan Imlek dengan sederhana dan khidmat. Ia menilai kesederhanaan tidak akan mengurangi kesakralan Imlek.

Imbauan ini juga disam­pai­kan kepada seluruh ma­syarakat Tionghoa yang akan me­rayakannya. Diharapkan perayaan tersebut lebih mengutamakan silah­turahmi antar keluarga, sau­dara dan kerabat.
“Saya imbau agar tidak me­wah-mewah merayakan acara Imlek, karena disamping ekonomi yang belum stabil, juga ditambah dengan kondisi keamanan yang masih dalam siaga satu,” katanya di Thong’s Bakery & Cafe Jalan S Parman No 215 C-D Medan, Selasa (26/1).

Ia menegaskan, karena In­do­­nesia masih dalam siaga 1 di­harapkan kepada aparat ke­po­lisian khususnya di Sumut me­nyia­gakan petugas keamanan di tempat-tempat yang akan dihadiri etnis Tionghoa saat merayakan Imlek, seperti tempat ibadah. Meski saat ini kondisinya sudah aman, namun diharapkan menjadi lebih kondusif lagi.

Sedangkan untuk pihak PT Perusahaaan Listrik Negara (PLN), kata Tongariodjo Angkasa Ginting, diharapkan dapat mendukung dengan tidak melakukan pema­dam­an listik, sehingga tidak meng­­ganggu jalannya perayaan Imlek.

Tongariodjo Angkasa Ginting menambahkan, Imlek merupakan momen untuk menyampaikan atau memberitahukan kepada etnis yang lain tentang salah satu budaya Tionghoa yang terus dijalankan secara turun temurun. Dan etnis Tionghoa merupakan salah satu suku yang ada di Indonesia.

“Saat perayaan, etnis yang lain juga boleh memberikan ucapan ‘Gong Xi Fat Chai’ kepada yang merayakan sehingga kesatuan dan persatuan di Indonesia tetap terjaga. Dengan perayaan tersebut, tentunya kita dapat saling mengenal lagi, dengan be­gitu kita dapat membangun ne­gara Indonesia secara bersama-sa­ma agar lebih berkembang lagi,” tuturnya.

Ketua Harian PSMTI Sumut, Amrin Susilo Halim menambahkan, Imlek jatuh pada tanggal 8 Februari 2016 dan menurut penanggalan lunar. Tahun Baru Imlek 2567 menandai dimulai Tahun Monyet dan mengakhiri Tahun Kambing.

“Kita berharap, agar etnis Tiong­hoa dan etnis lainnya da­pat hidup bersatu. PSMTI ingin selalu membangun patriot-patriot Tionghoa agar lebih mengenal dan lebih cinta kepada negara Indo­nesia ini. Semoga, kerukunan dan kesejahterahan dapat tercipta di bumi tercinta kita ini,” tandasnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Bidang Sosial, Solihin Chandra menambahkan, jelang Imlek, PSMTI telah bekerjasama dengan organisasi lainnya melakukan bakti so­sial diantaranya pembagian pa­ket Imlek dan donor darah. Beberapa waktu lalu, sedikitnya 350 paket Imlek dibagikan kepada warga yang kurang mampu.

“Meski paket Imlek, tetapi kita juga membaginya kepada etnis lain. Dari yang sudah PSMTI lakukan, ternyata banyak etnis Tionghoa yang masih hidup di bawah garis kemiskinan, misalnya seperti di daerah Pantai Labu. Semoga apa yang diberikan PSMTI dapat meringankan beban mereka saat merayakan Imlek,” ucapnya.

Sejarah Imlek
Etnis Tionghoa memiliki li­ma pera­yaan hari besar, yang per­tama Hari Raya Imlek, Ziarah Ku­bur (Cheng Beng), Festival Bak Cang, Festival Moon Cake dan yang terakhir Festival Tang Yuan (onde-onde). Dari kelima pe­rayaan tersebut, perayaan Imlek merupakan yang paling akbar.

Sekretaris PSMTI Sumut, Joko Dhar­manadi menjelaskan, se­­tiap perayaan me­ miliki le­genda tersendiri, demikian juga dengan Imlek. Pada zaman da­hulu, masyarakat Tionghoa hi­dup berkelompok bertani dan ber­tenak, dan pada zaman itu di pe­gunungan dalam, hidup makh­luk aneh dan ganas bernama Nien.

Setiap musim semi, makhluk ini akan turun memangsa ternak dan bahkan manusia, terutama anak-anak. Malam harinya me­reka meletakkan makanan sebagai sesajen dengan harapan, setelah makan mahluk itu tidak mengganggu lagi.

Pada suatu ketika, ada seke­lompok anak yang sedang ber­main. Tiba-tiba makhluk Nien mau memangsa anak-anak tersebut. Pada saat mau menerkam, salah satu anak yang kebetulan me­makai baju merah keluar, sebagian lagi menyalakan petasan. Melihat hal itu, makhluk Nien lari dan tidak muncul lagi.

Dari kejadian ini, kata Joko, masyarakat menyimpulkan bahwa makhluk tersebut takut akan warna merah dan mercon. Sejak itu, masyarakat bergembira dan menjelang musim semi masyarakat sibuk memasang kertas merah dan memainkan mercon saat perayaan Imlek atau dikenal sebagai Guo Nian yang artinya selamat dari musibah dan menyambut hari esok dengan harapan.

“Sebenarnya, hal terpenting da­lam setiap perayaan bukan sekadar pes­ta pora, tetapi adalah makna dari pe­rayaan ini. Mari kita rayakan secara se­d­erhana disertai doa rasa syukur dan ber­terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, semoga di Tahun Monyet ini, negara kita terhindar dari musibah, negara jaya, makmur, rakyat hidup aman sentosa. Pada kesempatan ini, PSMTI mengucapkan “Selamat Hari Raya Imlek 2567,” tukasnya.

Hadir dalam konferensi pers tersebut di­antaranya, Wakil Ketua Bidang In­vestasi dan Perdagangan Sosial Iwan Hartono Alam, Wakil Ketua Seni dan Bu­daya Jocelie, Sukiran SH. MKn sela­ku Wakil Ketua Bidang Organisasi, Bendahara PSMTI Indra Ang, Wakil Ke­tua Humas PSMTI Kundjung dan salah satu anggota PSMTI, Wiwik. (netty)

Close Ads X
Close Ads X