Kopi Aceh Siap Mendunia

Sejumlah ibu memilah-milah biji kopi jenis Arabica yang kualitas baik dengan yang rusak di Takengon, Aceh Tengah, Selasa (31/3). Kopi- kopi tersebut dijual dengan harga Rp 64.000 per kilogram dan didistribusikan ke daerah - daerah luar Aceh. ANTARA FOTO/Regina Safri/ss/pd/15.
Sejumlah ibu memilah-milah biji kopi jenis Arabica yang kualitas baik dengan yang rusak di Takengon, Aceh Tengah, Selasa (31/3). Kopi- kopi tersebut dijual dengan harga Rp 64.000 per kilogram dan didistribusikan ke daerah – daerah luar Aceh. ANTARA FOTO/Regina Safri/ss/pd/15.

Banda Aceh| Jurnal Asia
Kopi arabika yang banyak dikembangkan petani Aceh sedang dikemas untuk melayani pasar dunia. Anggota Komisi I DPR Aceh, Bardan Sahidi meminta Pemerintah Aceh agar dapat menyiapkan pasar lelang kopi dalam upaya meningkatkan kesejahteraan petani.

“Pembeli nantinya akan datang langsung untuk membeli kopi arabika di pasar lelang sesuai sampel yang telah disiapkan dan pembeli akan melihat langsung terhadap perlakuan khusus oleh petani terhadap kopi,” kata Bardan Sahidi di Banda Aceh, Kamis (7/1).

Ia menjelaskan melalui pasar lelang tersebut harga kopi yang memiliki kualitas ekspor akan diten­tukan oleh petani sendiri se­hingga upaya meningkatkan kesejahteraan petani dapat terwujud.

“Saya menilai tingginya harga tampung kopi di pasar dunia belum dinikmati sepenuhnya oleh petani, karena petani selama ini banyak terjerat dengan rentenir,” katanya. Menurut dia, apa bila dalam pasar lelang tersebut tidak ada pembeli maka dilakukan resi gu­dang yang pembeliannya dilakukan oleh Pemerintah. “Saya yakin upaya meningkatkan kesejahteraan petani yang selama ini kerap terjepit dengan rentenir akan segera terwujud,” katanya.

Ia juga mendorong infrastruktur yang baik, sebagai akses ke jejaring perdagangan internasional, salah satunya kesiapan itu seperti adanya kapal di pelabuhan yang terdekat dengan wilayah penghasil kopi, seperti Krueng Geukueh, Aceh Utara dan Kuala Langsa, Langsa.

Politisi PKS tersebut juga me­minta peran pemerintah dan perbankan agar bisa memberikan kredit kepada petani kopi dalam upaya meningkatkan produksi dan kualitas hasil produksi.
Kemudian adanya jaminan kea­manan serta promosi secara ke­berlanjutan dengan cara me­ngun­dang para pembeli sehingga upaya meningkatkan produksi dan perbaikan kualitas serta meningkatkan kesejahteraan petani dapat terwujud.

Promosi
Pada hari yang sama Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Swedia dan Latvia, Bagas Hapsoro berjanji akan mempromosikan kopi Arabika, sehingga komoditas andalan Aceh itu bisa diekspor ke negara tersebut. “Langkah konkrit yang akan kita upayakan adalah kopi dan budaya seperti tari saman, yang jelas untuk tiga bulan ke depan akan ada yang dilakukan,” katanya.

Bagas mengatakan hal itu ketika melakukan pertemuan dengan Gubernur Aceh Zaini Abdullah di Banda Aceh. Kini, pihaknya berupaya ekspor kopi Arabika asal Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah itu akan meningkat, setelah terbukanya pasar baru di Swedia dan Latvia.

Sementara itu, Pemerintah Provinsi Aceh berharap Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Swedia dan Latvia bisa mempromosikan kopi Arabika, sehingga komoditas tersebut bisa diekspor ke negara itu.

“Kami berharap dengan ha­dirnya Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Swedia dan Latvia, kopi Arabika asal Aceh dapat diekspor ke negara tersebut,” kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh, Arifin Hamid.

Ia mengatakan dengan ber­tam­bahnya jumlah negara tujuan ekspor juga akan menjadi salah satu upaya meningkatkan kesejahteraan petani kopi di provinsi ujung paling barat Indonesia itu akan terwujud.

Arifin menjelaskan kopi arabika asal daerah Dataran Tinggi Gayo Provinsi Aceh memiliki cita rasa khas dan kini banyak diminati oleh pasar luar negeri terutama bagi negara yang masyarakatnya pecandu kopi.

Ia menyebutkan tujuan ekspor kopi Aceh pada tahun 2015 yakni Korea Selatan, Taiwan, Hongkong, Tiongkok dan Jepang (Asia Timur), India (Asia Selatan), Malaysia dan Singapura (Asean).
Selanjutnya Amerika Serikat, Kanada dan Meksiko (Amerika), Australia, Selandia Baru, Italy (Australia dan Oceania), Inggris, Jerman, Irlandia, Belgia dan Rusia (Eropa). Ia juga berharap agar para petani dapat terus meningkatkan produksi kopi dan menjaga kualitas hasilnya serta menjadikan sektor tersebut sebagai pendapatan utama bukan sampingan. (ant)

Close Ads X
Close Ads X