Kurangi Pemanasan Global | Restoran Kapal Bambu Manfaat Bambu Sebagai Bahan Baku

Medan | Jurnal Asia
Guna mengurangi pemanasan global masyarakat diminta untuk lebih mengutamakan pe­nggunaan bambu sebagai bahan baku bangunan dibanding kayu dan semen. Seperti halnya yang dilakukan Restoran Kapal Bambu di Ecolodge Bukit Lawang.

Dewan Pembina Yayasan Ekosistem Lestari (YEL), Regina Frey mengatakan, keberadaan hutan tropis begitu banyak memberikan jasa lingkungan hidup bagi umat manusia yang tidak hanya di Indonesia na­mun di seluruh dunia. Dan pe­nggunaan kayu-kayu keras telah merusak hutan dan iklim secara lokal, regional maupun global.

Untuk itu, lanjutnya, untuk membangun Restoran Ka­pal Bambu ini pihaknya meng­gunakan bambu sebagai bahan baku utama. Dengan begitu se­tidak­nya bisa menghindari ke­rusakan hutan tropis yang lebih parah lagi dan mengurangi pemanasan global.

“Pembangunan restoran kapal bambu sudah selesai dan kita resmikan. Melalui peresmian restoran kapal bambu kita ingin menghidupkan lagi pengetahuan bambu sebagai bahan bangunan berkelanjutan yang sudah mulai hilang tergerus penggunaan semen, terutama penggunaan kayu keras dari hutan tropis,” kata­nya kemarin.

Ditambahkan Ketua YEL, dr Sofyan Tan, untuk me­nye­lamatkan alam Bukit La­wang yang identik dengan orang utan, salah satunya harus bisa memberikan dampak pe­ning­katan perekonomian di da­erah tersebut. Pasalnya, tidak akan ada orang yang menjaga hutan ini jika tidak melihat hutan se­bagai perekonomian bagi dirinya.

Karenanya, lanjut Sofyan Tan, atas dasar ini pada tahun 1999 ia bersama Regina Frey bermimpi membentuk satu Yayasan Ekosistem Lestari. Kehadiran YEL di bukit Lawang yang berdiri sejak tahun 2000 adalah benar-benar untuk memberikan nuansa pendidikan lingkungan bagi masyarakat serta menjadi ikon bagi Bukit Lawang melalui ecolodge dan konservasi orang utan untuk menarik wisatawan. “Kehadiran YEL di Bukit Lawang bukan untuk menjadi pesaing bagi yang lainnya, namun ingin menjadi “gula” dalam hal menarik turis-turis ke Bukit Lawang,” tuturnya.

Untuk itu Sofyan Tan berharap, kehadiran restoran kapal bambu bisa menjadi contoh bahwa Indonesia kaya akan material yang bisa membangun tanpa merusak lingkungan. Ini juga menjadi sebuah contoh atau model bahwa membangun restoran tidak selalu harus memotong hutan untuk mengambil kayu.

Camat Bahorok, Prasadanta Sembiring mengajak masyarakat Bukit Lawang untuk selalu bersama-sama mejaga bangunan restor kapal bambu agar nantinya kemajuan, keindahan dan gairah perekonomian Bukit Lawang kedepannya bisa terus dimanfaatkan. Semua ini tidak terlepas dari kesadaran khususnya masyarakat ke­ca­matan Bahorok untuk melestari­kan objek wisata ini. (netty)

Close Ads X
Close Ads X